Dalam tulisan
ini saya akan bercerita tentang proses yang saya alami setelah saya mendapatkan
pengumuman kelulusan menjadi awardee beasiswa LPDP sampai saya berangkat untuk
menempuh program S3 saya di TU Delft, Belanda. Tulisan ini semoga bisa
bermanfaat terutama untuk yang berniat membawa keluarga dari awal masa studi.
Saya bersyukur
akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk program S3 saya. Hari
berikutnya setelah saya mendapatkan pengumuman kelulusan beasiswa LPDP, saya berlibur
bersama keluarga mengunjungi saudara di Banten untuk beberapa hari. Saat sedang
liburan itu ada email susulan untuk mengisi bio-data dan bergabung dengan group
di aplikasi Telegram untuk menunggu jadwal kegiatan Persiapan Keberangkatan
(PK).
Saya berharap untuk
segera mendapatkan kelompok dan jadwal PK, tetapi setelah beberapa group PK
diumumkan nama saya belum juga tercantum di dalamnya. Group PK yang untuk batch
kedua tahun 2016 dimulai dari PK70. Sempat ada beberapa orang yang
berkomunikasi dengan saya untuk urusan pengelompokan PK ini, tetapi kami hanya
bisa menunggu sampai deadline pengumuman PK tanggal 17 Juni 2016. Di hari
terakhir pengumuman PK itu, nama saya muncul di group PK80. Ternyata PK80 itu
adalah PK khusus tanpa tugas pra PK kecuali memilih pengurus PK. Saya pun tidak
mengerti kenapa saya masuk PK80, tetapi saya bersyukur karena tidak akan ada
tugas tambahan.
PK ini adalah
salah satu proses wajib yang harus diikuti oleh penerima beasiswa LPDP. Group
dan jadwalnya ditentukan langsung oleh LPDP. Kegiatannya berlansung selama 1
minggu penuh (5 hari). Sebagimana disarankan bahwa intake kuliah minimal 6
bulan setelah deadline pedaftaran, salah satu pertimbangannya adalah karena kegiatan
PK ini. Jadi untuk yang intake kuliahnya sangat mepet setelah pengumuman
kelulusan beasiswa LPDP akan sangat deg-degan menunggu pembagian group dan
jadwal PK ini. Harus dipahami juga bahwa dalam satu batch itu terdiri dari
ratusan orang, dan setiap group PK harus memiliki penyebaran peserta yang
merata baik dari asal daerah, profesi, tujuan study, dll. Makanya sebaiknya
intake kuliah dipilih lebih dari 6 bulan setelah waktu pengumuman, supaya
tenang menghadapi jadwal PK yang padat dan persiapan administrasi yang lain
sebelum keberangkatan.
Saat persiapan
PK, panitia menggunakan sarana komunikasi lewat aplikasi Telegram. Banyak group
dibuat sesuai dengan pengelompokan kepentingannya seperti group PK tiap
angkatan, group batch LPDP, group negara tujuan, group universitas tujuan, dll.
Sebenarnya
selain LPDP saya juga mendaftar untuk beasiswa BUDI (Beasiswa Unggul Dosen
Indonesia) sebelum keluar pengumuman dari LPDP. Alhamdulillah saya lolos
seleksi administrasi dan diundang untuk wawancara. Tetapi karena saya sudah mendapatkan
beasiswa dari LPDP, saya tidak akan mengikuti proses seleksi BUDI selanjutnya.
Sambil menunggu
jadwal PK saya yang insyaalloh akan dilakukan pada awal Oktober 2016, saya
mendapat email dari TU Delft untuk pengurusan visa. Untuk urusan visa ini
diperlukan dokumen bukti penghasilan berupa surat Letter of Sponsorhip dari
LPDP, passpor dan akta kelahiran yang sudah dilegalisir. Proses melegalisasi
akta kelahiran dan surat nikah bagi yang akan membawa keluarga ini memang agak ribet
dan susah. Persyaratan pertama adalah akta kelahiran harus berbahasa inggris,
jadi perlu pembuatan kutipan baru untuk akta format lama atau membuat
terjemahan oleh penerjemah tersumpah. Berdasarkan pengalaman, saya bisa membuat
kutipan baru dari kantor catatan sipil kabupaten asal saya, tetapi untuk istri
saya kantor catatan sipilnya tidak mau membuatkan terjemahan untuk akta
lamanya, sehingga akhirnya membuat terjemahan saja untuk dilegalisir. Surat
nikah dan akta kelahiran memerlukan legalisasi dari Kemenkumham, Kemenlu dan
Kedutaan Belanda.
Khusus untuk
surat nikah memelukan legalisasi dari Kemendag terlebih dahulu sebelum proses
di Kemenkumham. Diperlukan 3 fotokopian akta nikah yang sudah dilegalisir
terlebih dahulu oleh KUA yang mengeluarkannya. Proses legalisasi di Kemendag
(kantor pusat di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta) berlangsung cukup cepat sekitar 2
jam saja dan gratis serta bisa diambil langsung saat itu juga.
Proses
legalisasi di Kemenkumham (kantor Imigrasi di Jl. Rasuna Said, Jakarta)
memerlukan waktu 3 hari dan biaya sebesar 25 ribu rupiah per dokumen. Jangan
lupa membawa materei juga, karena legalisasinya ditempeli materei. Untuk
legalisasi ke Kemenlu di Jl. Pejambon, Jakarta perlu satu hari kerja dan
membayar 10 ribu rupiah per dokumen.
Setelah semua
dokumen mendapatkan legalisasi dari pihak pemerintah Indonesia, semuanya harus
dilegalisasi oleh kedutaan belanda di Jakarta. Harganya lumayan mahal, per
dokumen adalah 370 ribu rupiah. Prosesnya selama 1 hari kerja, pendaftaran pagi
hari dan bisa diambil siang di hari berikutnya. Pengalaman saya memasukan
dokumen hari kamis pagi, dan bisa diambil hari jumat siang. Dikarenakan waktu
hari jumat yang sempit karena jumatan saya memutus untuk mengambilnya di hari
senin pagi. Ternyata waktu datang ke sana tidak bisa diambil pagi, tetapi harus
siang dari jam setengah 2 sampai jam 3 sore.
Semua dokumen
yang sudah dilegalisir saya scan dan dikirimkan ke pihak universitas untuk
proses pendaftaran visa. Pengalaman saya di TU Delft, untuk proses pengajuan
visa ini cukup menggunakan surat bukti penerima beasiswa dalam bentuk Letter of
Sponsorship (LoS). Proses pembuatan visa kurang lebih selama 1 bulan. Dikarenakan
saya akan memulai program S3 saya di awal bulan Januari 2017, pihak universitas
mendaftarkan permohonan visa pada akhir bulan Oktober. Satu bulan kemudian di
akhir bulan November, saya mendapatkan email bahwa visa untuk saya dan keluarga
sudah siap dan bisa diambil di kedutaan Belanda di Jakarta.
Proses
pengambilan visa ini masih memerlukan beberapa dokumen dan tahapan lain. Kita
harus datang ke kedutaan di pagi hari dan tidak bisa diwakilkan karena ada
proses pengambilan sidik jari. Kita harus mengisi formulir pengajuan visa yang
bisa di download di website keduaan. Diperlukan juga dokumen akta kelahiran
yang sudah dilegalisir dan juga akta nikah bagi mereka yang sudah berkeluarga.
Selain itu perlu juga pas foto yang bisa dibuat di dalam kedutaan dan tentunya
passport kita. Setelah selesai pemeriksaan dokumen, saya diberi bukti
pendaftaran untuk pengambilan dan nomor untuk mengecek status aplikasi lewat
website. Petugasnya berpesan kalau statusnya sudah selesai, baru saya bisa
datang lagi ke kedutaan untuk mengambil visa. Alhamdulillah proses visa tidak
memerlukan biaya. Setelah kurang lebih satu minggu, status di website aplikasi
saya sudah finalized. Kemudian istri saya mengambil visa di kedutaan dan benar
sudah selesai. Visanya berlaku untuk masa 3 bulan dimulai saat tanggal
pengambilan visa.
Dari awal saya
sudah berniat untuk berangkat langsung bersama keluarga, tetapi di tengah masa
persiapan saya sempat berpikir untuk berangkat sendirian terlebih dahulu. Hal
ini mengingat family allowance dari LPDP yang baru tersedia setelah 6 bulan
masa studi, dan juga banyak persiapan lain yang diperlukan seperti transport
dan akomodasi. Pada akhirnya setelah diperhitungkan dan dipikir-pikir lagi,
saya berketetapan akan berangkat langsung bersama keluarga, meskipun prosesnya
akan lebih menantang.
Satu hal yang
agak sulit dipersiapkan sebelum berangkat adalah masalah akomodasi terutama
untuk yang akan membawa keluarga. Permasalahannya adalah di harga dan
ketersediaan akomodasi. Saya mengalami untuk daerah Delft Belanda, sangat susah
untuk mendapatkan akomodasi yang terjangkau dengan besaran beasiswa yang
diberikan. Jadi disarankan juga untuk mencari di kota-kota sekitarnya seperti Rijswijk,
Den Haag, Schiedam ataupun Rotterdam.
Saat saya masih
bingung antara berangkat sendiri atau bersama keluarga, saya sempat registrasi
akomodasi lewat DUWO (akomodasi khusus dari kampus). Untuk registrasi ini kita
harus bayar 228 euro terlebih dahulu untuk biaya administrasi. Pembayaran ini
bisa dilakukan dengan transfer antar bank dari Indonesia dengan biaya 38 euro
kalalu lewat bank Mandiri. Ternyata di DUWO ini, akomodasi untuk mahasiswa yang
membawa keluarga sangat sedikit dan sudah penuh. Akhirnya uang registrasi saya
hangus karena tidak jadi memakai fasilitas akomodasi dari DUWO.
Untuk mahasiswa
yang membawa keluarga dengan anak satu seperti saya, akomodasinya harus
rumah/apartemen yang memiliki minimal 2 kamar tidur. Katanya persyaratan ini untuk
nanti kita mendaftar di kelurahannya belanda sebagai penduduk di sana.
Kita bisa
mengecek apartemen sewa yang tersedia lewat beberapa website seperti
pararius.nl ataupun funda.nl. Website ini mengumpulkan iklan-iklan dari
berbagai makelar (agen) rumah, jadi terkadang di website ini masih tersedia
ternyata di website agennya sudah disewa orang. Tetapi website ini sangat
membantu dari pada kita harus mengecek website agen satu persatu. Saran saya
pilihlah yang masih status iklannya NEW (baru). Kita bisa kontak makelar rumah
tersebut lewat websitenya ataupun email.
Prosedur untuk
menyewa rumah ini, biasanya setelah kita kontak agennya mereka akan merespon
dan meminta kita mengisi formulir niat untuk menyewa. Setelah itu mereka akan
menjadwalkan untuk proses viewing akomodasinya apakah cocok atau tidak. Kalau
kita merasa cocok, nanti agennya akan mengirimkan informasi kita ke pemilik
rumah untuk mendapatkan persetujuan. Setelah semua cocok, tinggal tanda tangan
kontrak dan pembayaran uang muka dan sewa.
Kebetulan saya
punya teman yang sedang kuliah S3 juga di TU Delft yang bersedia membantu untuk
melakukan viewing atas nama saya. Saat awal-awal pencarian, saya cukup selektif
memilih akomodasi yang dekat ke kampus. Sempat beberapa kali viewing tetapi
selalu tidak berhasil mendapatkan kontraknya. Menurut bocoran dari agen,
mahasiswa yang membawa keluarga dengan punya anak itu selalu berada dalam
daftar paling bawah untuk mendapatkan akomodasi. Saya sempat was-was juga
karena sampai sekitar seminggu sebelum jadwal keberangkatan, saya belum juga
mendapatkan akomodasi.
Teman saya
menyarankan untuk mencari akomodasi sementara saja, salah satunya mencari lewat
airbnb.com. Setelah mencoba mencari di airbnb, harganya lumayan mahal juga yang
paling murah per harinya sekitar 80an euro. Kemudian teman saya itu juga
memberikan kontak mahasiswa Indonesia yang lagi mudik dan mungkin apartemen nya
bisa disewa sementara. Alhamdulillah saya bisa kontak beliau dan saya bisa
pakai apartemen nya sementara untuk 10 hari. Saya pikir yang penting ada dulu,
nanti di sana bisa sambil mencari-cari lagi.
Tadinya saya ingin
memesan tiket keberangkatan setelah dapat kepastian akomodasi. Tetapi ketika
sampai 2 minggu sebelum keberangkatan belum dapat akomodasi juga, saya memberanikan
diri untuk memesan tiket. Ternyata tiket yang penerbangan langsung ke Belanda
sudah habis, setelah beberapa kali diskusi dengan bagian tiket LPDP (koperasi
cempaka) saya memilih tiket untuk penerbangan Etihad ke Amsterdam dengan
transit di Abu Dhabi. Pada awalnya koperasi cempaka tidak merekomendasikan
penerbangan ini karena katanya perlu visa transit, tetapi akhirnya mereka
memberikannya juga karena sebenarnya tidak perlu visa transit karena transitnya
hanya 3 jam dan masih memakai maskapai yang sama.
Setelah dapat
tiket, yang diperlukan kemudian adalah asuransi perjalanan. Saya mendapatkan
fasilitas asuransi dari LPDP selama masa studi dan bisa langsung apply online
dan pembayarannya ditransfer oleh LPDP. Karena keluarga tidak dicover
asuransinya oleh LPDP, saya membeli asuransi perjalanan untuk satu bulan
terlebih dahulu. Kata senior yang sudah berangkat, asuransi untuk keluarga bisa
diuruskan setelah datang di tempat tujuan.
Di pekan
terakhir bulan Desember, saya sudah dapat izin tugas belajar dari kampus tempat
saya mengajar dan bisa mudik ke rumah orang tua saya sebelum berangkat. Meskipun
masih was-was dengan tempat tinggal,
saya tetap searching di internet dan tidak lupa berdo’a. Akhirnya tepat sepekan
sebelum jadwal keberangkatan, saya dapat email dari salah satu agen rumah yang
pernah saya hubungi. Dia menyampaikan ada rumah yang bisa disewakan di daerah
Schiedam dan bisa mulai di awal Januari 2017. Saya langsung aja menyatakan
berminat dan minta diproses cepat kalau bisa tanpa viewing.
Dia membalas
email saya dan menambahkan bahwa rumah yg itu kondisinya 2 lantai dan mungkin
tidak cocok untuk yang punya anak. Dia merekomendasikan rumah yang lain yang
dekat daerah itu juga yang kondisinya sama-sama furnish dan kamar tidurnya 2
tetapi dalam 1 lantai saja. Setelah lihat foto-fotonya dan harganya masih
terjangkau (1050 euro per bulan, full furnished, dan including
gas/water/heater) meskipun tetap cukup mahal, saya menyetujui untuk menyewa
apartemen tersebut dan mengirimkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
passport, surat penerimaan kuliah dan surat beasiswa.
Hari berikutnya
saya mendapatkan kontrak untuk ditandatangani dan tagihan pembayarannya. Hari
itu juga saya mentransfer tagihan tersebut lewat bank BRI, meskipun proses
transfernya agak lama. Hari berikutnya saya dapat konfirmasi penerimaan
transfer dan kontrak yang sudah lengkap ditandatangani. Kemudian saya janjian
dengan agen untuk penyerahan kunci saat kedatangan saya nanti tanggal 4 Januari
2017. Alhamdulillah di saat-saat akhir menjelang keberangkatan semua masalah
selesai. Setelah melewati perjuangan yang mendebarkan saya akhirnya bisa
berangkat bersama-sama keluarga saya untuk memulai pendidikan S3 saya di TU
Delft.
Kebetulan
beberapa hari sebelum berangkat, teman saya yang di Delft memberitahukan bahwa
salah satu temannya juga akan berangkat ke Delft dengan penerbangan yang sama
dengan saya. Jadi Alhamdulillah ada teman seperjalanan yang sudah tahu keadaan
di sana. Sebenarnya sebelum berangkat, saya sudah request untuk taxi service
dari kampus untuk menjemput saya dari bandara ke apartemen. Tetapi sampai saya
berangkat belum mendapatkan konfirmasi dari pihak kampus.
Setelah sampai
di bandara Amsterdam, saya menanyakan ke kantor Schiphol Transfer Assistance
tentang booking taxi tersebut. Mereka bilang tidak ada booking atas nama saya,
tetapi mereka mau membantu menanyakan ke pihak kampus. Setelah menunggu hampir
setengah jam, akhirnya mereka mengkonfirmasi bahwa ada kesalahan di system
booking mereka dan pihak kampus sudah membuat reservasi taxi untuk saya dan
taxi nya akan segera dikirim menjemput saya. Taxi nya datang satu jam kemudian
dan membawa saya dari bandara Schiphol ke apartemen yang akan saya tempati di
Schiedam. Sampai di apartemen, saya tidak menunggu lama agen rumah pun datang
membawa kunci.
Alhamdulillah dengan
tekad dan usaha yang sungguh-sungguh serta izin Alloh, saya bisa langsung
membawa keluarga untuk memulai studi S3 saya. Kalau ada pembaca yang mau
bertanya, bisa langsung email saya di neno_r@yahoo.com. Bismillah, saya memulai
salah satu bagian dari perjalanan hidup saya di sini, semoga berkah! Amin…
-o0o-
Berikut foto-foto keberangkatan saya:
Foto ketika akan berangkat di Bandara Soekarno-Hatta diantar oleh ibu dan bapak.
Foto ketika di dalam pesawat terbang menuju transit di Abu Dhabi.
Foto ketika sudah sampai di Belanda, kebetulan ada salju turun di Schiedam



1 comment:
Halo Pak. Bolehkah saya bertanya bbrp hal? Kebetulan saya jg berniat membawa suami dan anak kesana jika lolos beasiswa.
1) besaran asuransi utk ibu dan anak berapa ya Pak?
2) apakah ada syarat sertifikat bahasa utk pasangan saat mengurus visa?
3) setetlah 1 thn lebih tgl disana, apakah beasw lpdp cukup membantu? Mksd saya, menurut byk org biaya hidup disana cukup mahal.
Mohon penjelasannya ya Pak. Dan sukses utk studi doktoralnya.
Post a Comment