(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". (QS Yusuf:4)

Pages

Sunday, April 16, 2017

Hubungan sifat iri dan tamak dengan korupsi dan kolusi serta cara mengatasinya

Berita tentang korupsi dalam proyek e-KTP sangat menyayat hati. Berdasarkan dakwaan KPK hampir setengah dari anggaran proyek dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Secara naluri, manusia memang mahluk yang tamak dan suka iri hati. Tetapi kita harus menyadari bahwa kedua sifat itu bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka di akhirat nanti. Sifat iri dari para pejabat pemerintah dan sifat tamak dari para pengusaha adalah dua hal yang menyebabkan korupsi di negara kita semakin merajalela. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang bagaimana sifat iri dan tamak ini bisa menyebabkan korupsi dan kolusi serta usulan bagaimana cara menanganinya.

Dalam kaitannya dengan korupsi proyek pemerintah, para pejabat pemerintah yang menangani proyek melihat nilai keuntungan yang bisa didapat oleh pengusaha yang menjalankan proyek tersebut sangat besar. Mereka ini merasa iri dengan hal tersebut dan berusaha untuk mendapatkan bagian juga. Di lain pihak, para pengusaha yang tamak menggunakan cara kolusi dengan pejabat pemerintah untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan proyek tersebut. Karena kedua hal diatas, terjadilah kolusi dan korupsi dari pejabat pemerintah dan pengusaha untuk membagi-bagi keuntungan diantara mereka dengan nilai yang melewati batas kewajaran.

Ada beberapa cara untuk mengatasi korupsi dan kolusi para pejabat pemerintah dan pengusaha. Pertama adalah meningkatkan kesadaran dan nilai-nilai moral dari seluruh warga negara baik itu para pejabat maupun pengusaha. Hal seperti ini sangat baik dan efektif untuk diterapkan bagi generasi yang akan datang yang belum terkontaminasi oleh virus korupsi dan kolusi. Tetapi untuk generasi yang sekarang memegang kekuasaan akan sangat sulit untuk menerapkannya, karena budaya dan perilakunya sudah sangat tekontaminasi. Cara kedua adalah dengan mengakomodasikan pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha dengan naungan hukum yang jelas. Dengan cara ini, sifat iri dan tamak dari manusia bisa dipuaskan dalam batas kewajaran yang diperbolehkan. Jika diketahui bahwa pembagian keuntungan ini melewati batas, maka hukuman yang jelas bisa diberlakukan. Cara ketiga adalah transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran proyek. Dengan transparansi ini, semua anggaran proyek bisa dimonitor dan dipertanggungjawabkan secara detail dan sah. Cara ketiga ini akan sangat efektif dalam mengontrol cara kedua supaya tidak melewati batas.

Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa sifat manusia yang iri dan tamak bisa menjerumuskan orang ke dalam lingkaran setan korupsi dan kolusi. Dalam siklus ini, hubungan yang saling menguntungkan diantara para pejabat yang iri mendapatkan suguhan yang enak dan para pengusaha yang tamak mendapatkan banyak keuntungan, menyebabkan korupsi besar-besaran dari anggaran proyek pemerintah yang menggunakan uang rakyat. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan aturan yang jelas dan wajar tentang pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha. Hal ini hanya bisa dimungkinkan jika adanya transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran tersebut yang bisa diakses dan diaudit oleh publik. Cara lain yang paling elegan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai moral dan agama dari semua warga negara termasuk para pejabat dan pengusaha bahwa korupsi dan kolusi itu adalah hal tercela yang hukumannya sangat berat baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan korupsi dan kolusi seperti jauhnya jarak terbit dan terbenamnya matahari!

No comments: