(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". (QS Yusuf:4)

Pages

Sunday, April 16, 2017

Hubungan sifat iri dan tamak dengan korupsi dan kolusi serta cara mengatasinya

Berita tentang korupsi dalam proyek e-KTP sangat menyayat hati. Berdasarkan dakwaan KPK hampir setengah dari anggaran proyek dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Secara naluri, manusia memang mahluk yang tamak dan suka iri hati. Tetapi kita harus menyadari bahwa kedua sifat itu bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka di akhirat nanti. Sifat iri dari para pejabat pemerintah dan sifat tamak dari para pengusaha adalah dua hal yang menyebabkan korupsi di negara kita semakin merajalela. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang bagaimana sifat iri dan tamak ini bisa menyebabkan korupsi dan kolusi serta usulan bagaimana cara menanganinya.

Dalam kaitannya dengan korupsi proyek pemerintah, para pejabat pemerintah yang menangani proyek melihat nilai keuntungan yang bisa didapat oleh pengusaha yang menjalankan proyek tersebut sangat besar. Mereka ini merasa iri dengan hal tersebut dan berusaha untuk mendapatkan bagian juga. Di lain pihak, para pengusaha yang tamak menggunakan cara kolusi dengan pejabat pemerintah untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan proyek tersebut. Karena kedua hal diatas, terjadilah kolusi dan korupsi dari pejabat pemerintah dan pengusaha untuk membagi-bagi keuntungan diantara mereka dengan nilai yang melewati batas kewajaran.

Ada beberapa cara untuk mengatasi korupsi dan kolusi para pejabat pemerintah dan pengusaha. Pertama adalah meningkatkan kesadaran dan nilai-nilai moral dari seluruh warga negara baik itu para pejabat maupun pengusaha. Hal seperti ini sangat baik dan efektif untuk diterapkan bagi generasi yang akan datang yang belum terkontaminasi oleh virus korupsi dan kolusi. Tetapi untuk generasi yang sekarang memegang kekuasaan akan sangat sulit untuk menerapkannya, karena budaya dan perilakunya sudah sangat tekontaminasi. Cara kedua adalah dengan mengakomodasikan pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha dengan naungan hukum yang jelas. Dengan cara ini, sifat iri dan tamak dari manusia bisa dipuaskan dalam batas kewajaran yang diperbolehkan. Jika diketahui bahwa pembagian keuntungan ini melewati batas, maka hukuman yang jelas bisa diberlakukan. Cara ketiga adalah transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran proyek. Dengan transparansi ini, semua anggaran proyek bisa dimonitor dan dipertanggungjawabkan secara detail dan sah. Cara ketiga ini akan sangat efektif dalam mengontrol cara kedua supaya tidak melewati batas.

Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa sifat manusia yang iri dan tamak bisa menjerumuskan orang ke dalam lingkaran setan korupsi dan kolusi. Dalam siklus ini, hubungan yang saling menguntungkan diantara para pejabat yang iri mendapatkan suguhan yang enak dan para pengusaha yang tamak mendapatkan banyak keuntungan, menyebabkan korupsi besar-besaran dari anggaran proyek pemerintah yang menggunakan uang rakyat. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan aturan yang jelas dan wajar tentang pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha. Hal ini hanya bisa dimungkinkan jika adanya transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran tersebut yang bisa diakses dan diaudit oleh publik. Cara lain yang paling elegan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai moral dan agama dari semua warga negara termasuk para pejabat dan pengusaha bahwa korupsi dan kolusi itu adalah hal tercela yang hukumannya sangat berat baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan korupsi dan kolusi seperti jauhnya jarak terbit dan terbenamnya matahari!

Friday, March 31, 2017

Simalakama Pilkada

Dalam hidup ini selalu ada saatnya kita harus memilih. Bahkan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan. Setiap orang punya alasan tersendiri akan pilihan yang mereka pilih. Sesuatu yang dianggap baik oleh satu orang, belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Terkadang kita terpaksa memilih sesuatu yang bukan keinginan kita, tetapi itulah kehidupan.
Bagi setiap muslim, apa pun yang Alloh berikan untuk kita, pastilah itu yang terbaik. Kalaupun kita merasakan kesusahan, maka bersabarlah! Dan ketika yang dirasakan adalah kesenangan maka bersyukurlah! Keduanya tidak berbeda dihadapan Alloh, sama baiknya.
Ada saatnya kita menghadapi pilihan yang sulit, misalkan dalam keadaan kelaparan diberikan pilihan daging babi yang terlihat segar dan daging ayam yang tercium aroma busuk. Ada orang yang akan memilih daging ayam itu, walaupun ia tahu tidak akan menyelamatkan nyawanya. Ada orang yang akan memilih daging babi untuk menyelamatkan jiwanya dengan alasan darurat walaupun ia tahu itu haram. Mungkin juga ada orang yang tidak akan memilih keduanya dan menunggu takdir yang akan menghampirinya.
Apapun yang akan dipilih oleh warga DKI dalam Pilkada 2017 ini, tidak akan merubah hukum haram pada daging babi.

Schiedam, 31032017

Sunday, January 8, 2017

Cerita berangkat S3 langsung dengan keluarga

Dalam tulisan ini saya akan bercerita tentang proses yang saya alami setelah saya mendapatkan pengumuman kelulusan menjadi awardee beasiswa LPDP sampai saya berangkat untuk menempuh program S3 saya di TU Delft, Belanda. Tulisan ini semoga bisa bermanfaat terutama untuk yang berniat membawa keluarga dari awal masa studi.

Saya bersyukur akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk program S3 saya. Hari berikutnya setelah saya mendapatkan pengumuman kelulusan beasiswa LPDP, saya berlibur bersama keluarga mengunjungi saudara di Banten untuk beberapa hari. Saat sedang liburan itu ada email susulan untuk mengisi bio-data dan bergabung dengan group di aplikasi Telegram untuk menunggu jadwal kegiatan Persiapan Keberangkatan (PK).

Saya berharap untuk segera mendapatkan kelompok dan jadwal PK, tetapi setelah beberapa group PK diumumkan nama saya belum juga tercantum di dalamnya. Group PK yang untuk batch kedua tahun 2016 dimulai dari PK70. Sempat ada beberapa orang yang berkomunikasi dengan saya untuk urusan pengelompokan PK ini, tetapi kami hanya bisa menunggu sampai deadline pengumuman PK tanggal 17 Juni 2016. Di hari terakhir pengumuman PK itu, nama saya muncul di group PK80. Ternyata PK80 itu adalah PK khusus tanpa tugas pra PK kecuali memilih pengurus PK. Saya pun tidak mengerti kenapa saya masuk PK80, tetapi saya bersyukur karena tidak akan ada tugas tambahan.

PK ini adalah salah satu proses wajib yang harus diikuti oleh penerima beasiswa LPDP. Group dan jadwalnya ditentukan langsung oleh LPDP. Kegiatannya berlansung selama 1 minggu penuh (5 hari). Sebagimana disarankan bahwa intake kuliah minimal 6 bulan setelah deadline pedaftaran, salah satu pertimbangannya adalah karena kegiatan PK ini. Jadi untuk yang intake kuliahnya sangat mepet setelah pengumuman kelulusan beasiswa LPDP akan sangat deg-degan menunggu pembagian group dan jadwal PK ini. Harus dipahami juga bahwa dalam satu batch itu terdiri dari ratusan orang, dan setiap group PK harus memiliki penyebaran peserta yang merata baik dari asal daerah, profesi, tujuan study, dll. Makanya sebaiknya intake kuliah dipilih lebih dari 6 bulan setelah waktu pengumuman, supaya tenang menghadapi jadwal PK yang padat dan persiapan administrasi yang lain sebelum keberangkatan.

Saat persiapan PK, panitia menggunakan sarana komunikasi lewat aplikasi Telegram. Banyak group dibuat sesuai dengan pengelompokan kepentingannya seperti group PK tiap angkatan, group batch LPDP, group negara tujuan, group universitas tujuan, dll.

Sebenarnya selain LPDP saya juga mendaftar untuk beasiswa BUDI (Beasiswa Unggul Dosen Indonesia) sebelum keluar pengumuman dari LPDP. Alhamdulillah saya lolos seleksi administrasi dan diundang untuk wawancara. Tetapi karena saya sudah mendapatkan beasiswa dari LPDP, saya tidak akan mengikuti proses seleksi BUDI selanjutnya.

Sambil menunggu jadwal PK saya yang insyaalloh akan dilakukan pada awal Oktober 2016, saya mendapat email dari TU Delft untuk pengurusan visa. Untuk urusan visa ini diperlukan dokumen bukti penghasilan berupa surat Letter of Sponsorhip dari LPDP, passpor dan akta kelahiran yang sudah dilegalisir. Proses melegalisasi akta kelahiran dan surat nikah bagi yang akan membawa keluarga ini memang agak ribet dan susah. Persyaratan pertama adalah akta kelahiran harus berbahasa inggris, jadi perlu pembuatan kutipan baru untuk akta format lama atau membuat terjemahan oleh penerjemah tersumpah. Berdasarkan pengalaman, saya bisa membuat kutipan baru dari kantor catatan sipil kabupaten asal saya, tetapi untuk istri saya kantor catatan sipilnya tidak mau membuatkan terjemahan untuk akta lamanya, sehingga akhirnya membuat terjemahan saja untuk dilegalisir. Surat nikah dan akta kelahiran memerlukan legalisasi dari Kemenkumham, Kemenlu dan Kedutaan Belanda.

Khusus untuk surat nikah memelukan legalisasi dari Kemendag terlebih dahulu sebelum proses di Kemenkumham. Diperlukan 3 fotokopian akta nikah yang sudah dilegalisir terlebih dahulu oleh KUA yang mengeluarkannya. Proses legalisasi di Kemendag (kantor pusat di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta) berlangsung cukup cepat sekitar 2 jam saja dan gratis serta bisa diambil langsung saat itu juga.

Proses legalisasi di Kemenkumham (kantor Imigrasi di Jl. Rasuna Said, Jakarta) memerlukan waktu 3 hari dan biaya sebesar 25 ribu rupiah per dokumen. Jangan lupa membawa materei juga, karena legalisasinya ditempeli materei. Untuk legalisasi ke Kemenlu di Jl. Pejambon, Jakarta perlu satu hari kerja dan membayar 10 ribu rupiah per dokumen.

Setelah semua dokumen mendapatkan legalisasi dari pihak pemerintah Indonesia, semuanya harus dilegalisasi oleh kedutaan belanda di Jakarta. Harganya lumayan mahal, per dokumen adalah 370 ribu rupiah. Prosesnya selama 1 hari kerja, pendaftaran pagi hari dan bisa diambil siang di hari berikutnya. Pengalaman saya memasukan dokumen hari kamis pagi, dan bisa diambil hari jumat siang. Dikarenakan waktu hari jumat yang sempit karena jumatan saya memutus untuk mengambilnya di hari senin pagi. Ternyata waktu datang ke sana tidak bisa diambil pagi, tetapi harus siang dari jam setengah 2 sampai jam 3 sore.

Semua dokumen yang sudah dilegalisir saya scan dan dikirimkan ke pihak universitas untuk proses pendaftaran visa. Pengalaman saya di TU Delft, untuk proses pengajuan visa ini cukup menggunakan surat bukti penerima beasiswa dalam bentuk Letter of Sponsorship (LoS). Proses pembuatan visa kurang lebih selama 1 bulan. Dikarenakan saya akan memulai program S3 saya di awal bulan Januari 2017, pihak universitas mendaftarkan permohonan visa pada akhir bulan Oktober. Satu bulan kemudian di akhir bulan November, saya mendapatkan email bahwa visa untuk saya dan keluarga sudah siap dan bisa diambil di kedutaan Belanda di Jakarta.

Proses pengambilan visa ini masih memerlukan beberapa dokumen dan tahapan lain. Kita harus datang ke kedutaan di pagi hari dan tidak bisa diwakilkan karena ada proses pengambilan sidik jari. Kita harus mengisi formulir pengajuan visa yang bisa di download di website keduaan. Diperlukan juga dokumen akta kelahiran yang sudah dilegalisir dan juga akta nikah bagi mereka yang sudah berkeluarga. Selain itu perlu juga pas foto yang bisa dibuat di dalam kedutaan dan tentunya passport kita. Setelah selesai pemeriksaan dokumen, saya diberi bukti pendaftaran untuk pengambilan dan nomor untuk mengecek status aplikasi lewat website. Petugasnya berpesan kalau statusnya sudah selesai, baru saya bisa datang lagi ke kedutaan untuk mengambil visa. Alhamdulillah proses visa tidak memerlukan biaya. Setelah kurang lebih satu minggu, status di website aplikasi saya sudah finalized. Kemudian istri saya mengambil visa di kedutaan dan benar sudah selesai. Visanya berlaku untuk masa 3 bulan dimulai saat tanggal pengambilan visa.

Dari awal saya sudah berniat untuk berangkat langsung bersama keluarga, tetapi di tengah masa persiapan saya sempat berpikir untuk berangkat sendirian terlebih dahulu. Hal ini mengingat family allowance dari LPDP yang baru tersedia setelah 6 bulan masa studi, dan juga banyak persiapan lain yang diperlukan seperti transport dan akomodasi. Pada akhirnya setelah diperhitungkan dan dipikir-pikir lagi, saya berketetapan akan berangkat langsung bersama keluarga, meskipun prosesnya akan lebih menantang.

Satu hal yang agak sulit dipersiapkan sebelum berangkat adalah masalah akomodasi terutama untuk yang akan membawa keluarga. Permasalahannya adalah di harga dan ketersediaan akomodasi. Saya mengalami untuk daerah Delft Belanda, sangat susah untuk mendapatkan akomodasi yang terjangkau dengan besaran beasiswa yang diberikan. Jadi disarankan juga untuk mencari di kota-kota sekitarnya seperti Rijswijk, Den Haag, Schiedam ataupun Rotterdam.

Saat saya masih bingung antara berangkat sendiri atau bersama keluarga, saya sempat registrasi akomodasi lewat DUWO (akomodasi khusus dari kampus). Untuk registrasi ini kita harus bayar 228 euro terlebih dahulu untuk biaya administrasi. Pembayaran ini bisa dilakukan dengan transfer antar bank dari Indonesia dengan biaya 38 euro kalalu lewat bank Mandiri. Ternyata di DUWO ini, akomodasi untuk mahasiswa yang membawa keluarga sangat sedikit dan sudah penuh. Akhirnya uang registrasi saya hangus karena tidak jadi memakai fasilitas akomodasi dari DUWO.

Untuk mahasiswa yang membawa keluarga dengan anak satu seperti saya, akomodasinya harus rumah/apartemen yang memiliki minimal 2 kamar tidur. Katanya persyaratan ini untuk nanti kita mendaftar di kelurahannya belanda sebagai penduduk di sana.

Kita bisa mengecek apartemen sewa yang tersedia lewat beberapa website seperti pararius.nl ataupun funda.nl. Website ini mengumpulkan iklan-iklan dari berbagai makelar (agen) rumah, jadi terkadang di website ini masih tersedia ternyata di website agennya sudah disewa orang. Tetapi website ini sangat membantu dari pada kita harus mengecek website agen satu persatu. Saran saya pilihlah yang masih status iklannya NEW (baru). Kita bisa kontak makelar rumah tersebut lewat websitenya ataupun email.

Prosedur untuk menyewa rumah ini, biasanya setelah kita kontak agennya mereka akan merespon dan meminta kita mengisi formulir niat untuk menyewa. Setelah itu mereka akan menjadwalkan untuk proses viewing akomodasinya apakah cocok atau tidak. Kalau kita merasa cocok, nanti agennya akan mengirimkan informasi kita ke pemilik rumah untuk mendapatkan persetujuan. Setelah semua cocok, tinggal tanda tangan kontrak dan pembayaran uang muka dan sewa.

Kebetulan saya punya teman yang sedang kuliah S3 juga di TU Delft yang bersedia membantu untuk melakukan viewing atas nama saya. Saat awal-awal pencarian, saya cukup selektif memilih akomodasi yang dekat ke kampus. Sempat beberapa kali viewing tetapi selalu tidak berhasil mendapatkan kontraknya. Menurut bocoran dari agen, mahasiswa yang membawa keluarga dengan punya anak itu selalu berada dalam daftar paling bawah untuk mendapatkan akomodasi. Saya sempat was-was juga karena sampai sekitar seminggu sebelum jadwal keberangkatan, saya belum juga mendapatkan akomodasi.

Teman saya menyarankan untuk mencari akomodasi sementara saja, salah satunya mencari lewat airbnb.com. Setelah mencoba mencari di airbnb, harganya lumayan mahal juga yang paling murah per harinya sekitar 80an euro. Kemudian teman saya itu juga memberikan kontak mahasiswa Indonesia yang lagi mudik dan mungkin apartemen nya bisa disewa sementara. Alhamdulillah saya bisa kontak beliau dan saya bisa pakai apartemen nya sementara untuk 10 hari. Saya pikir yang penting ada dulu, nanti di sana bisa sambil mencari-cari lagi.

Tadinya saya ingin memesan tiket keberangkatan setelah dapat kepastian akomodasi. Tetapi ketika sampai 2 minggu sebelum keberangkatan belum dapat akomodasi juga, saya memberanikan diri untuk memesan tiket. Ternyata tiket yang penerbangan langsung ke Belanda sudah habis, setelah beberapa kali diskusi dengan bagian tiket LPDP (koperasi cempaka) saya memilih tiket untuk penerbangan Etihad ke Amsterdam dengan transit di Abu Dhabi. Pada awalnya koperasi cempaka tidak merekomendasikan penerbangan ini karena katanya perlu visa transit, tetapi akhirnya mereka memberikannya juga karena sebenarnya tidak perlu visa transit karena transitnya hanya 3 jam dan masih memakai maskapai yang sama.

Setelah dapat tiket, yang diperlukan kemudian adalah asuransi perjalanan. Saya mendapatkan fasilitas asuransi dari LPDP selama masa studi dan bisa langsung apply online dan pembayarannya ditransfer oleh LPDP. Karena keluarga tidak dicover asuransinya oleh LPDP, saya membeli asuransi perjalanan untuk satu bulan terlebih dahulu. Kata senior yang sudah berangkat, asuransi untuk keluarga bisa diuruskan setelah datang di tempat tujuan.

Di pekan terakhir bulan Desember, saya sudah dapat izin tugas belajar dari kampus tempat saya mengajar dan bisa mudik ke rumah orang tua saya sebelum berangkat. Meskipun  masih was-was dengan tempat tinggal, saya tetap searching di internet dan tidak lupa berdo’a. Akhirnya tepat sepekan sebelum jadwal keberangkatan, saya dapat email dari salah satu agen rumah yang pernah saya hubungi. Dia menyampaikan ada rumah yang bisa disewakan di daerah Schiedam dan bisa mulai di awal Januari 2017. Saya langsung aja menyatakan berminat dan minta diproses cepat kalau bisa tanpa viewing.

Dia membalas email saya dan menambahkan bahwa rumah yg itu kondisinya 2 lantai dan mungkin tidak cocok untuk yang punya anak. Dia merekomendasikan rumah yang lain yang dekat daerah itu juga yang kondisinya sama-sama furnish dan kamar tidurnya 2 tetapi dalam 1 lantai saja. Setelah lihat foto-fotonya dan harganya masih terjangkau (1050 euro per bulan, full furnished, dan including gas/water/heater) meskipun tetap cukup mahal, saya menyetujui untuk menyewa apartemen tersebut dan mengirimkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti passport, surat penerimaan kuliah dan surat beasiswa.

Hari berikutnya saya mendapatkan kontrak untuk ditandatangani dan tagihan pembayarannya. Hari itu juga saya mentransfer tagihan tersebut lewat bank BRI, meskipun proses transfernya agak lama. Hari berikutnya saya dapat konfirmasi penerimaan transfer dan kontrak yang sudah lengkap ditandatangani. Kemudian saya janjian dengan agen untuk penyerahan kunci saat kedatangan saya nanti tanggal 4 Januari 2017. Alhamdulillah di saat-saat akhir menjelang keberangkatan semua masalah selesai. Setelah melewati perjuangan yang mendebarkan saya akhirnya bisa berangkat bersama-sama keluarga saya untuk memulai pendidikan S3 saya di TU Delft.

Kebetulan beberapa hari sebelum berangkat, teman saya yang di Delft memberitahukan bahwa salah satu temannya juga akan berangkat ke Delft dengan penerbangan yang sama dengan saya. Jadi Alhamdulillah ada teman seperjalanan yang sudah tahu keadaan di sana. Sebenarnya sebelum berangkat, saya sudah request untuk taxi service dari kampus untuk menjemput saya dari bandara ke apartemen. Tetapi sampai saya berangkat belum mendapatkan konfirmasi dari pihak kampus.

Setelah sampai di bandara Amsterdam, saya menanyakan ke kantor Schiphol Transfer Assistance tentang booking taxi tersebut. Mereka bilang tidak ada booking atas nama saya, tetapi mereka mau membantu menanyakan ke pihak kampus. Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya mereka mengkonfirmasi bahwa ada kesalahan di system booking mereka dan pihak kampus sudah membuat reservasi taxi untuk saya dan taxi nya akan segera dikirim menjemput saya. Taxi nya datang satu jam kemudian dan membawa saya dari bandara Schiphol ke apartemen yang akan saya tempati di Schiedam. Sampai di apartemen, saya tidak menunggu lama agen rumah pun datang membawa kunci.
Alhamdulillah dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh serta izin Alloh, saya bisa langsung membawa keluarga untuk memulai studi S3 saya. Kalau ada pembaca yang mau bertanya, bisa langsung email saya di neno_r@yahoo.com. Bismillah, saya memulai salah satu bagian dari perjalanan hidup saya di sini, semoga berkah! Amin…

-o0o-

Berikut foto-foto keberangkatan saya: 

Foto ketika akan berangkat di Bandara Soekarno-Hatta diantar oleh ibu dan bapak.
  
Foto ketika di dalam pesawat terbang menuju transit di Abu Dhabi.

Foto ketika sudah sampai di Belanda, kebetulan ada salju turun di Schiedam





Tuesday, November 1, 2016

Cerita Mendaftar Beasiswa LPDP 2016

Saat saya sedang mempersiapakan pendaftaran untuk beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), saya tidak menemui satu pun cerita pengalaman pendaftar beasiswa S3. Oleh karena itu saya ingin berbagi pengalaman saya ini supaya bermanfaat bagi yang lain. 

Dari sejak dulu saya berkeinginan untuk meraih pendidikan tinggi sampai jenjang S3 dari universitas di luar negeri yang berkelas dunia. Sebelum menjadi dosen, saya sudah pernah mendaftar di beberapa program S3 lewat berbagai jalur seperti: call for application, academic transfer, ataupun kontak langsung dengan professornya. Hasilnya ada yang sampai dapat Letter of Acceptance (LoA) tapi tidak dengan beasiswa, ada yang jadi waiting list, ada yang sampai tahap wawancara akhir, ada juga yang tidak lolos dari tahap awal. Sebagai karyawan swasta, saya menyadari bahwa pendidikan S3 tidak akan terlalu berpengaruh terhadap karir saya, tetapi keinginan itu selalu ada meskipun kadang melemah saat menerima pengumuman kegagalan.

Setelah saya menjadi dosen di pertengahan tahun 2015, keinginan itu semakin meningkati karena dalam jenjang akademik dosen, pendidikan S3 sangatlah penting. Pencarian beasiswa dan program S3 yang saya lakukan menjadi semakin gencar. Dari informasi yang beredar di mailing list beasiswa, saya mendapatkan informasi tentang beasiswa LPDP yang ditawarkan oleh Kementrian Keuangan untuk semua WNI yang memenuhi persyaratan. Meskipun program ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu, saya agak terlambat mengetahuinya. Kalau sebelumnya saya selalu mencari beasiswa S3 yang satu paket dengan program S3 langsung dari universitas yang menawarkannya, maka dengan adanya beasiswa LPDP ini saya bisa mencari program S3 nya dulu sampai dapat LoA kemudian mengajukan beasiswa LPDP.

Informasi tentang beasiswa LPDP sangatlah mudah di dapat lewat website resminya maupun website lainnya. Dari jadwal pendaftaran yang tersedia, kita bisa mempersiapkan rencana untuk melakukan pendaftaran dan melengkapi persyaratan yang diperlukan. Tadinya, saya berencana untuk mendaftar pada gelombang terakhir tahun 2015. Tetapi karena tidak sempat untuk mendapatkan LoA nya, jadi diundur ke batch kedua tahun 2016.

Hal pertama yang saya siapkan adalah membuat essay tentang “Kontribusiku bagi Indonesia” dan “Sukses Terbesar dalam Hidupku”. Dalam essay “Kontribusiku bagi Indonesia”, saya menceritakan tentang kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah saya lakukan waktu masih menjadi mahasiswa, kegiatan kemasyarakatan di sekitar tempat tinggal, kegiatan sebagai dosen dalam hal pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan juga tentang manfaat yang bisa dihasilkan dari penelitian yang akan saya lakukan dalam program S3 yang diajukan beasiswanya ke LPDP. Untuk essay “Sukses Terbesar dalam Hidupku” saya membahas tentang prestasi saya dari waktu kecil sampai sekarang, tetapi tidak satu pun saya akui sebagai sukses terbesar. Saya mengharapkan sukses terbesar saya adalah bisa memperbaiki system transportasi udara di negeri ini sehingga bisa lebih aman, nyaman, dan terjangkau untuk seluruh masyarakat.

Hal kedua yang saya persiapakan adalah berusaha untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari program S3 yang akan saya lakukan. Hal ini adalah hal yang paling menantang, karena begitu banyak program S3 yang tersedia di berbagai universitas dan bagaimana cara kita supaya bisa diterima di salah satunya. Universitas tempat saya mengabdi memiliki kerjasama dengan salah satu universitas di Jerman. Saya mencoba menggunakan jalur ini dengan mengontak professor di sana untuk mendapatkan LoA. Ternyata universitas yang bersangkutan tidak memiliki program S3 yang saya inginkan, dan professor di sana menyarankan untuk mengontak kolega nya di universitas lain di Inggris yang memiliki kerjasama dengan mereka. Setelah saya mambaca berbagai informasi tentang universitas tersebut, saya pikir universitas ini tidak sesuai dengan yang saya inginkan.

Saya jadi teringat pengalaman waktu mendaftar program S3 lewat academic transfer di TU Delft Belanda. Waktu itu saya sampai tahap interview teleconference dengan professornya. Dengan berbekal pengalaman itu, saya mengontak kembali professor tersebut untuk menanyakan kemungkinan mendapatkan LoA S3 di bidang transportasi udara. Saya sampaikan kepada beliau bahwa saya berencana untuk menggunakan LoA itu untuk mendaftar beasiswa LPDP. Professor tersebut merespon positif rencana saya dan memberikan kesempatan saya untuk melalui proses pendaftaran dan seleksi S3 di departemen beliau.

Pertama saya diminta untuk mengirimkan CV, ijazah dan transkrip untuk S1 dan S2. Kemudian saya diminta untuk membuat sebuah literature study dari sebuah jurnal yang ditentukan untuk dipresentasikan di depan professor tersebut dan bagian admission office. Saya diberi waktu sekitar 2 minggu untuk mempersiapkan bahan presentasi tersebut. Acara teleconference nya lewat video call Skype. Presentasinya berlangsung sekitar 15 menit, dilanjutkan dengan proses tanya jawab tentang bahasan yang dipresentasikan. Satu minggu kemudian saya mendapatkan hasilnya bahwa saya berhsil mendapatkan LoA untuk program S3 bidang transportasi udara di TU Delft. Topik penelitiannya dipilihkan oleh professor tersebut dengan persetujuan dari saya.

Selanjutnya komunikasi masalah kapan saya memerlukan LoA ini untuk proses pendaftaran beasiswa LPDP, kapan saya bisa mulai melaksanakan program S3 saya jika saya mendapatkan beasiswa tersebut, dan jumlah keluarga yang akan ikut menyertai pendidikan saya untuk menentukan jumlah beasiswa yang diperlukan. Setelah semuanya disesuaikan dengan jadwal beasiswa LPDP, saya mendapatkan LoA unconditional tersebut. Di dalamnya disebutkan bahwa saya mendapatkan bebas tuition fee dan hanya memerlukan biaya untuk transportasi dan akomodasi saja. Sebenarnya saya tidak mengajukan pembebasan tuition fee, karena beasiswa LPDP bisa menanggung berapa pun tuition fee nya.

Sebenarnya untuk rencana cadangan, saya juga mengontak universitas tempat saya menimba ilmu di tingkat sarjana di dalam negeri yaitu Insitut Teknologi Bandung. Saya sempat berdiskusi dengan dosen yang pernah jadi supervisor saya untuk kemungkinan mengambil program S3 di sana. Dikarenakan saya sudah mendapatkan LoA dari TU Delft, saya tidak jadi mendaftar program S3 di dalam negeri.

Selain LoA dan essay, diperlukan juga surat izin dari atasan, surat rekomendasi, surat pernyataan tidak menerima beasiswa lain, dan surat pernyataan akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan program S3. Dikarenakan saya adalah dosen perguruan tinggi swasta, saya meminta surat izin dari rektor universitas dan sekaligus surat rekomendasinya. Untuk dua surat pernyataan lainnya, bisa memakai template dari website LPDP dan tanda tangan diatas materai.

Selain persyaratan diatas, diperlukan beberapa lagi dokumen untuk persyaratan beasiswa LPDP seperti: SKCK dari kepolisian, surat keterangan sehat, surat keterangan bebas narkoba dan TBC yang dikeluarkan oleh rumah sakit pemerintah. Untuk hal tersebut saya menyempatkan pulang ke kampung halaman saya di Ciamis untuk mengurusnya karena KTP saya masih berdomisili di tempat orang tua. Untuk surat SKCK diperlukan surat pengantar dari RT, RW, dan desa setempat sebelum diajukan ke kepolisian. Tadinya saya berpikir bahwa SKCK itu dikeluarkan oleh Polres, tetapi waktu saya datang ke Polsek untuk meminta surat pengantar, petugasnya mengatakan bahwa SKCK juga bisa dikeluarkan oleh Polsek. Jadi supaya lebih mudah saya membuat SKCK di Polsek saja.

Untuk surat keterangan sehat, surat bebas narkoba dan TBC saya mendatangi rumah sakit umum daerah. Sayangnya saya datang agak siang setelah mengurus SKCK, dan loket pendaftaran rumah sakit nya sudah tutup. Katanya loket pendaftaran hanya dibuka sampai jam 10 pagi. Saya datang keesokan harinya dan mendaftar untuk semua surat keterangan yang diperlukan sekaligus. Setelah mendaftar, saya datang ke laboratorium untuk pengambilan sampel darah untuk test bebas narkoba. Kemudian setelah itu ke tempat radiologi untuk foto rontgen paru-paru. Setelah itu menunggu agak lama sampai hasil dari lab dan radiologi keluar. Kemudian membawa semua hasil itu ke dokter bagian pelayanan umum untuk membuat surat keterangan sehat dan bebas TBC.

Setelah semua persyaratan tersebut tersedia, saya mulai mengisi formulir pendaftaran beasiswa LPDP secara online. Ternyata ada satu lagi dokumen yang harus dibuat yaitu proposal penelitian dengan format yang sudah ditentukan oleh LPDP. Untuk proposal penelitian ini saya mengembangkan sendiri dari topik penelitian dan executive summary yang sudah disetujui dengan professor pembimbing.

Sebenarnya ada satu lagi persyaratan yaitu hasil test bahasa asing, tapi itu tidak berlaku jika kita sudah memiliki LoA. Saya sudah pernah test TOEFL dan hasilnya memenuhi persyaratan tetapi testnya sudah lama. Jadi saya masukan saja hasil test TOEFL ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau diperlukan. Untuk lulusan universitas luar negeri yang tidak menggunakan standar GPA 4.0, akan diminta untuk menghitung ulang GPA nya dengan aplikasi converter yang disarankan oleh LPDP.

Setelah mengisi semua data yang diperlukan dalam proses pendaftaran online beasiswa LPDP, kita akan diminta menunggu pengumuman selanjutnya tentang siapa yang lolos seleksi administrasi. Dalam masa ini saya mempersiapakan diri untuk tes seleksi selanjutnya jika terpilih. Tes nya sendiri meliputi: menulis essay langsung di tempat, leaderless group discussion (LGD), dan wawancara.

Untuk keperluan tersebut saya browsing di internet tentang pengalaman orang-orang yang pernah mengikuti tahap seleksi ini. Banyak sekali informasi yang tersedia mulai dari contoh pertanyaannya, suasana tempat tes, dan tidak ketinggalan tips dan triks yang harus dilakukan saat tes tersebut. Untuk menulis essay ditempat, saya menyiapkan lima topik yang sedang hangat: calon independen di pilkada gubernur Jakarta, reklamasi teluk Jakarta, kisruh sepakbola antara PSSI dan Kemenpora, korupsi di mahkamah agung, dan peredaran narkoba yang dikendalikan dari lapas. 

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, sebuah essay harus memiliki bagian pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Untuk kelima topik itu saya membuat outline point-point yang dibahas. Harus diperhitungkan pula bahwa menulis essay ditempat ini akan dilakukan selama 30 menit. Untuk itu diperlukan latihan langsung menulis untuk membiasakan diri kita pada saatnya nanti. Kurang lebih essay ini akan terdiri dari 1 halaman A4 dengan besar tulisan yang standar.

Untuk LGD saya tidak memiliki persiapan khusus tentang topik nya, hanya saja saya mencari informasi tentang bagaimana cara yang sebenarnya. Berdasarkan informasi yang ada, sebaiknya kita tidak mendominasi dan juga tidak terlalu pasif, harus bisa menghargai pendapat orang lain serta memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bersuara.

Persiapan wawancara adalah yang paling banyak menyita waktu. Berdasarkan informasi yang beredar, wawancara memiliki bobot penilaian yang paling besar. Banyak cerita tentang pengalaman wawancara dan begitu juga pertanyaan-pertanyaannya. Ada pertanyaan tentang akademik, seni, bahasa asing, negara tujuan, maupun masalah keluarga. Saya melakukan inventarisasi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan berusaha membuat jawabannya jika memang nanti ditanyakan.

Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya saya dapat pengumuman dinyatakan lolos seleksi administrasi dan diundang untuk melakukan tes di kampus STAN, gedung Student Center di Bintaro - Tangerang Selatan. Saya mendapatkan jadwal test selama 2 hari dengan hari pertama untuk verifikasi dokumen, menulis essay, dan LGD serta hari kedua untuk wawancara. Peserta juga diminta untuk mencetak kartu peserta dengan kualitas yang bagus supaya barcode nya bisa di-scan dengan baik. Di kartu perserta itu tertera jenis-jenis dokumen yang perlu dibawa untuk verifikasi.

Hari H untuk tes beasiswa LPDP pun tiba. Jadwal hari pertama saya adalah verifikasi jam 10 pagi, essay jam 2 dan dilanjutkan dengan LGD. Saya memilih memakai baju batik untuk menunjukan jati diri orang Indonesia. Karena lokasi tes yang agak jauh dari rumah, saya naik taxi berangkat jam setengah tujuh. Sampai di sana, para peserta sudah antri untuk absensi kehadiran. Absensi ini memaki scan barcode yang tertera di kartu peserta, kalau tidak berfungsi karena cetakan barcode yang tidak bagus, maka bisa memasukan nomor peserta yang tertera di kartu. Setelah absensi selesai, kita tinggal menunggu antrian kegiatan masing-masing.

Sambil menunggu giliran dipanggil, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan peserta lain. Sebagian besar peserta mendaftar untuk beasiswa S2 dan banyak pula yang belum mempunya LoA. Ternyata panitia beasiswa LPDP menyediakan snack untuk sarapan pagi bagi peserta. Kita bisa menunggu di kursi di dalam tenda yang disediakan di depan gedung tempat tes.

Saya dipanggil untuk verifikasi dokumen setengah jam lebih awal dari jadwal yang tertera. Hal itu dikarenakan banyak peserta lain yang verifikasinya diakhirkan karena bentrok dengan jadwal wawancara, menulis essay atau LGD. Tempatnya di serambi gedung Student Center, ada enam meja panitia dengan seorang panitia ditiap meja melakukan verifikasi terhadap dokumen peserta. Setelah dicek kartu peserta, saya menyerahkan semua dokumen yang tertera di kartu peserta untuk diverifikasi. Panitia menyatakan document TOEFL saya sudah tidak berlaku, tetapi itu bisa dihilangkan karena saya sudah memiliki LoA. Hanya satu dokumen yaitu surat pernyataan tidak akan menerima beasiswa dari sumber lain yang diambil oleh panitia. Verifikasinya berlangsung lancar dan cepat kurang lebih 15 menit karena semua dokumen sudah tersedia dan lengkap.

Saya memiliki jeda yang cukup lama antar jadwal verifikasi dokumen dengan jadwal menulis essay. Untuk menunggu ini saya sempat jalan-jalan mengitari kampus STAN, terus makan siang di kantin, dan shalat dhuhur di mesjid yang berada di perkampungan di belakang kampus STAN. Jalan menuju masjid ini ada di samping kantin dan banyak warung makan dan fotocopy di sepanjang gang nya. Saya perkirakan banyak mahasiswa STAN yang tinggal di kos-kosan di dalam perkampungan itu.

Waktu untuk menulis essay di tempat pun tiba. Kelompok yang bersamaan waktunya terdiri dari 5 group dengan masing-masing group 10 orang. Sebelumnya kami diabsen dulu di selasar sebelah barat aula. Dalam group saya, 2 orang tidak hadir, mungkin berhalangan atau tidak berniat lagi mengikuti seleksi. Kemudian kami naik ke lantai dua tempat kegiatan menulis essay berlangsung. Masing-masing group di absen kembali sebelum masuk ruangan, dimulai dengan group yang sudah lengkap terlebih dahulu. Group saya kebagian masuk terakhir karena dua orang tidak hadir.

Setiap orang diminta untuk membawa papan krani untuk bantalan menulis. Di dalam ruangan sudah disediakan lembar soal dan jawaban untuk menulis essay. Sebelum mulai, petugas menjelaskan terlebih dahulu peraturannya. Waktunya 30 menit, dilarang menyoret-nyoret lembar soal, soalnya ada 2 dan boleh dipilih salah satu. Topik essay yang tersedia adalah: dampak negative reklamasi pantai jika tidak berdasarkan AMDAL dan penanganan urban worker. Saya memilih topik pertama karena sudah persiapan dengan tema itu meskipun tidak identik sama. Essay ini menggunakan Bahasa Inggris dan saya bisa selesai dalam waktu 25 menit. Setelah selesai, lembar jawaban dan soal ditinggal di meja dan peserta dipersilahkan untuk menuju ruangan berikutnya untuk LGD.

Sesama anggota group, kami sudah sepakat siapa yang akan memulai dan siapa yang akan jadi notulen untuk LGD. Waktu memasuki ruangan LGD, ada 2 orang petugas yang akan mengawasi jalan nya LGD. Terlebih dahulu mereka menjelaskan aturannya dan menyusun tempat duduk peserta serta disediakan satu lembar artikel tentang masalah yang akan dibahas dan satu lembar kertas untuk corat-coret. Materi yang dibahas di LGD kami adalah tentang pembunuhan dosen oleh mahasiswanya di sebuah universitas di Sumatera Utara. LGD berlangsung selama 30 menit.

Dalam diskusi itu saya mengajukan pendapat sebanyak 2 kali dari sudut pandang seorang dosen dalam memahami masalah ini. Pertama bahwa setiap mahasiswa itu unik dan cara penangannya harus disesuaikan dengan karakter setiap mahasiswa terutama yang memiliki sifat ekstrim dan spesial. Yang kedua saya mengutarakan pendapat bahwa dalam hubungan dosen dengan mahasiswa jika di dalam kelas seperti bapak dan anak, tetapi di luar kelas bisa seperti kakak dan adik untuk menumbuhkan rasa kedekatan dan saling percaya. Peserta lain berpendapat berbeda-beda, ada yang dari sudut keamanan, sudut lingkungan masyarakat, maupun dari sudut mahasiswa sendiri.

Setelah acara ini selesai, group kami saling bertukar no telpon untuk bisa saling menghubungi setelah acara tes ini selesai. Saya pulang bersama salah satu peserta lain yang kebetulan dalam arah yang sama naik KRL ke arah Jakarta. Dari depan kampus STAN bisa naik angkutan kota yang jurusan stasiun KRL dengan ongkos 4000 rupiah per-orang. Dari penghentian angkutan kota ke stasiun KRL harus berjalan kaki kurang lebih 5 menit. Hari pertama tes saya pun berakhir.

Hari kedua tes saya adalah jadwal wawancara pada jam 8:45. Seperti hari sebelumnya, begitu sampai di lokasi tes, saya melakukan absensi terlebih dahulu. Setelah itu bersiap-siap menunggu giliran wawancara. Saya masuk di group 14 antrian kedua. Saya membawa semua dokumen yang kemarin sudah diverifikasi jika diperlukan lagi selama wawancara. Giliran saya pun tiba, jam 8:30 saya dipanggil masuk ruangan wawancara. Begitu masuk kita menghubungi meja panitia terlebih dahulu dengan memberikan kartu peserta untuk diberitahu posisi meja pewawancara.

Meja pewawancara saya ditunjukkan tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Di situ sudah ada 3 orang pewawancara terdiri dari seorang ibu-ibu dan dua orang bapak-bapak. Begitu sampai, saya menyapa dan memberi salam serta menyalami ketiga nya. Saya dipersilahkan duduk, dan kami pun berkenalan nama masing-masing. Saya lupa lagi nama ketiganya, tetapi yang ibu-ibu itu seorang psikolog, yang duduk ditengah adalah ketua pewawancara lulusan S3 dari Groeningen Belanda, dan satu lagi adalah anggota team pewawancara. Sebelum mulai saya diberi kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu, tetapi saya tidak mengajukan pertanyaan karena memang tidak menyiapkan untuk bertanya.

Ketua pewawancara pun membuka acara wawancara dan meminta izin untuk merekam suara semua percakapan wawancara. Pertama saya diminta memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Setelah itu ditanya tentang topik penelitian dan penjelasannya. Terus ada lagi pertanyaan tentang apakah mungkin penelitian itu dilakukan di dalam negeri dengan ahli dari Indonesia. Saya jawab sebenarnya memungkinkan saja, tetapi saya tidak yakin ada ahlinya dan kerjasama bisa dijalin dengan industri terkait. Pertanyaan selanjutnya, apakah penelitian tersebut bisa diterapkan di Indonesia. Saya menjawab sangat diharapkan bahwa hasil penelitian ini bisa diimplementasikan di dunia penerbangan Indonesia sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tetapi hal ini memerlukan kerjasama yang erat dari berbagai stake holder dunia penerbangan Indonesia. 

Pertanyaan selanjutnya, apakah rencana kalau tidak mendapatkan beasiswa LPDP. Saya jawab akan mengajukan beasiswa lain atau mengambil S3 di dalam negeri dengan biaya sendiri. Pewawancara mengatakan bahwa untuk dosen ada beasiswa khusus yang namanya BUDI dari Kemenristekdikti. Psikolog menanyakan tentang apakah keluarga menyetujui ikut serta. Saya jawab bahwa istri dan anak saya tidak masalah untuk ikut saya karena istri saya tidak bekerja dan anak saya masih kecil. Terus psikolog mengkonfirmasi tentang bunyi LoA saya yang mengatakan bahwa saya mendapat pembebasan tuition fee. Saya bilang seperti itu, saya hanya memerlukan beasiswa untuk biaya hidup dan tranportasi selama pendidikan S3.

Setelah itu wawancara pun berakhir, ketua pewawancara mengucapkan selamat, semoga berhasil dan “jangan lupa ingat kami kalau sudah menjadi direktur”, begitu ucapnya. Saya pun membalas dengan mengucapkan terima kasih dan semoga kata penutup itu menjadi sinyal positif untuk keberhasilan saya. Kemudian saya pun menyalami mereka semua dan pamit setelah sebelumnya membereskan map dokumen yang saya bawa tetapi tidak disentuh sedikitpun.

Saya merasa proses wawancara berjalan lancar dalam suasana santai. Mungkin kebetulan para pewawancara saya bersikap seperti itu. Selain itu semua pertanyaan wawancara saya kira sangat wajar dan tidak ada yang aneh-aneh jika dibandingkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diceritakan orang lain. Apakah karena saya sudah pernah belajar dan tinggal di luar negeri, atau karena ini untuk beasiswa S3. Tapi sebenarnya tidak ada salahnya kalau kita mempersiapkan diri untuk hal-hal yang tersulit.

Kemudian saya menuju ke meja panitia untuk mengambil kembali kartu peserta saya dan kemudian menuju pintu keluar ruangan aula. Di luar ruangan, teman-teman se-group menulis essay dan LGD saya sudah pada datang. Kami saling menyapa dan menanyakan bagaimana wawancaranya serta saling mendo’akan semoga sukses. Tes seleksi beasiswa LPDP saya pun berakhir dan tinggal menunggu hasilnya.

Hari pengumuman pun tiba Jumat 10 Juni 2016. Sejak malam sebelumnya, saya sudah memonitor email yang masuk. Berharap pengumuman itu datang lebih awal seperti waktu pengumuman seleksi administrasi. Tetapi sampai siang hari pun masih belum ada email dari LPDP. Orang tua saya sempat nelpon menanyakan bagimana hasil pengumumannya. Tetapi saat itu memang belum ada pengumuman. Kebetulan saat itu adalah bulan Ramadhan, setelah shalat ashar saya mengecek email lagi di computer dan email yang ditunggu pun sudah masuk. Dengan agak ragu-ragu saya pun membuka membuka email tersebut disertai dengan harapan dan kecemasan. Setelah dibaca isinya terpampang tulisan LULUS.


Alhamdulillah, saya sekeluarga bersyukur sudah berhasil melewati tahapan seleksi beasiswa LPDP ini. Kemudaiian saya pun menelpon orang tua untuk mengabari kabar gembira ini. Waktu menunggu buka puasa sambil menemani anak saya menonton film anak Adit dan Jarwo, episodenya ketemu Prof. Habibie idola saya dan bercerita tentang pesawat terbang. Semoga ini jadi pertanda saya supaya bisa berkontribus terhadap dunia penerbangan di Indonesia yang lebih baik! Amin..

-o0o-

Monday, October 10, 2016

Persiapan Keberangkatan PK-80 “Pranawa Cita” Beasiswa LPDP

Tulisan saya ini akan bercerita tentang kegiatan PK-80 yang saya ikuti. Mungkin rekan-rekan awardee LPDP lain mengalami hal yang sama ataupun berbeda dari yang saya alami. Saya harapkan tulisan ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana itu PK untuk awardee LPDP yang belum melaksanakan PK danjuga sebagai kenangan bagi rekan-rekan di PK-80. Saya akan membagi tulisan ini dalam 3 bagian: pra PK, saat PK dan pasca PK.

Peserta PK-80

Pra PK

Saya adalah salah satu awardee penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pemerintah Indonesia batch 2 tahun 2016. Saya akan berangakat melanjutkan studi doktoral di TU Delft Belanda untuk bidang teknik penerbangan dengan spesialisasi transportasi udara. Sebelum saya berangkat ke Belanda ada beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan diantaranya adalah mengikuti kegiatan Persiapan Keberangkatan (PK).
Saat saya mendapatkan pengumuman lolos sebagai awardee beasiswa LPDP, diberitahukan bahwa setiap awardee wajib untuk mengikuti kegiatan PK. Kegiatan PK ini berupa pembekalan materi dan pengkondisian untuk awardee sebelum berangkat menempuh studi nya masing-masing. Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya saya diberitahukan mengikuti PK di angkatan ke-80 (PK-80) yang akan dilaksanakan di sekitar awal bulan Oktober 2016.
Pada awalnya PK-80 ini dikhususkan sebagai PK tanpa tugas. Kenapa dinamakan demikian? Katanya angkatan ini dikhususkan untuk para awardee yang sudah tergolong senior dan memiliki kesibukan bekerja sehingga tidak akan dibebani dengan tugas-tugas pra maupun selama PK. Tetapi pada akhirnya konsep PK tanpa tugas ini pun dirubah menjadi PK seperti biasa dengan merubah susunan anggotanya. Ada beberapa awardee yang dipindah ke PK yang lebih awal maupun ke PK yang lebih akhir. Saya termasuk salah satu yang tetap berada di PK-80.
Kegiatan untuk persiapan PK (pra-PK) dimulai di awal bulan September dengan pemilihan ketua dan perwakilan pra-PK. Prosesnya berawal dengan pencalonan bagi yang berminat dan bersedia, kemudian anggota lain memilih secara online. Pengurus ini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara anggota kelompok PK dengan Person in Charge (PIC-PK).
Setelah itu dilanjutkan dengan proses pengisian database informasi semua anggota PK, penentuan nama, logo, serta maskot PK-80. Setelah lewat proses usulan dan pemilihan, terpilihlah nama angkatan: “Pranawa Cita”. Frase Pranawa Cita memiliki filosofi sebagai hati yang terang, baik dalam pikiran, hati dan tujuan. Diharapkan anggota PK-80 mampu menjadi pembawa cahaya (pelita) untuk harapan orang-orang disekitarnya.

Logo PK-80

Sedangkan untuk maskotnya terpilihlah “Cita” berupa seekor burung kolibri yang memiliki jiwa pelindung, fleksibilitas, keberanian, kebahagiaan, dan pemersatu. Cita ini digambarkan dengan kostum batik yang merupakan salah satu budaya Indonesia yang bisa menjadi penyambung antar budaya. Cita ini berwarna seperti api dengan membawa obor di sayap kanannya. Hal ini sebagai sumber cahaya yang memberikan kehangatan dan kenyamanan.
Selain tugas-tugas tersebut, PK-80 juga berinisiatif untuk membuat kaos polo angkatan yang berwarna merah maroon dengan logo angkatan di dada kiri dan bendera merah putih di lengan kanan serta tulisan LPDP di bagian belakang. Bahkan beberapa anggota PK-80 berkolaborasi untuk meciptakan sebuah lagu angkatan dengan judul yang sama seperti nama angkatan PK-80 Pranawa Cita.


Selain itu ada juga tugas untuk membuat CV versi mini dan panjang. Di situ disebutkan posisi kita sekarang dan juga prestasi-prestasi yang pernah diraih. Sebelum PK berlangsung terlebih dahulu diberitahukan tentang tata tertib dan aturan selama kegiatan PK. Kalau dilihat dari isinya terasa sangat ketat aturan dan sanksinya. Hal ini membuat kami sebagai calon peserta memiliki kesan kurang positif.
Untuk pengorganisasian selama kegiatan PK, dibentuklah kelompok-kelompok kecil terdiri dari 20-an anggota dengan nama kelompok: Abipraya, Acitya, Andamar, Aruna, Aguna, dan Awignya. Selain itu dibentuk juga kepanitiaan dengan bidang-bidang seperti: sekretariat, keuangan, logistik, acara opening, acara closing, dokumentasi, dan pengisi acara by you for you.

Saat PK

Waktu kegiatan PK pun akhirnya ditetapkan tanggal 3-7 Oktober 2016 selama 5 hari dengan peserta sebanyak 128 orang. Ketua dan perwakilan PK-80 mengusulkan untuk semua anggota PK-80 supaya berkumpul lebih awal dari jadwal PK dengan pilihan di H-4 atau H-2. Acara ini untuk mempersiapkan pengkondisian acara PK dan juga menghindari adanya keterlambatan kehadiran. Untuk berbagai persiapan kegiatan PK ini, setiap anggota menyumbang dana sebesar 250 ribu rupiah. Selain itu untuk pembelian kaos angkatan sebesar 60 ribu rupiah untuk kaos lengan pendek atau 70 ribu rupiah untuk kaos lengan panjang.
Saya datang di H-2 hari Sabtu ke basecamp PK-80 di Gang Bay Residence tidak jauh dengan lokasi PK di Wisma Hijau, Depok. Di sana kita saling berkenalan sambil mempersiapkan tugas panitia dan tugas kelompok. Saya tergabung dalam panitia bidang dokumentasi untuk mempersiapkan video pembukaan acara PK-80 dan kelompok Awignya untuk mempersiapkan persembahan acara battle of creativity. Kami diminta untuk menghapal visi, misi, lambang LPDP, susunan direktur LPDP, mars LPDP, dan lagu angkatan PK-80.

Keseruan Persiapan PK-80

Akomodasi sebelum acara PK berlangsung, ditanggung oleh masing-masing peserta PK. Tarif bermalam di Gang Bay Residence sebesar antara 250-300 ribu rupiah untuk satu kamar yang bisa diisi 2 atau 3 orang. Sedangkan pada malam sebelum PK kami berpindah ke Wisma Hijau dengan tarip 150 ribu rupiah per-orang.
Pada H-1, pagi hari ada undangan bermain futsal bersama PIC PK dan juga PK angkatan lain di 4D futsal. Acara ini hanya diikuti oleh anggota yang berminat main futsal dan berlangsung dari jam 7 sampai dengan jam 9.  Selanjutnya kami berpindah ke Wisma Hijau pada jam 12:30 dengan koordinasi masing-masing kelompok. Kelompok Awignya berhasil pindah ke Wisma Hijau dengan menggunakan 2 mobil uber dan 3 gojek.
Setelah di Wisma Hijau, kami mendapatkan alokasi tempat tinggal dengan komposisi 3 orang per kamar. Saya kebagian di bungalow Anyelir 3 bersama Daeng Sahrul dari Makasar dan Bang Iful dari Jakarta. Bungalow ini memiliki ruang tengah, 4 kamar yang tiap kamarnya diisi oleh 3 orang, dan 2 kamar mandi. Posisi bungalow yang saya tempati berada di samping aula yang akan digunakan selama kegiatan PK.
Pada malam sebelum dimulai kegiatan PK, semua anggota PK-80 berkumpul di aula untuk melakukan gladi kotor acara opening PK. Saat itu dilakukan pengecekan terhadap seluruh rangkaian acara saat pembukaan nanti yang meliputi: MC, tarian penyambutan, penekanan tombol pembukaan PK, lagu Indonesia Raya, lagu Mars LPDP, lagu angkatan, yel-yel angkatan, dan drama musical. Gladi kotor ini berlangsung sampai sekitar jam 12 malam.

Hari Pertama PK

Hari pertama PK dengan dress code kaos polo putih, celana jeans, dan sepatu kets. Di hari itu sarapan paginya sudah disediakan mulai jam 5:30 di ruangan makan dengan menu nasi goreng. Sedangkan kegiatan utmama PK dimulai jam 07:00 dengan sepuluh menit sebelumnya diperdengarkan class call dengan memutarkan lagu Selamat Pagi dari penyanyi Ran. Sebelum acara utama dimulai, diperdengarkan terlebih dahulu lagu tentang guru dan dilanjutkan dengan icebreaking berupa joget dangdut dengan beberapa lagu seperti: bang jali dan kopi dangdut.
Acara utama PK di hari pertama ini berupa penjelasan tentang selayang pandang PK oleh PIC PK Pak Mohammad Kamiluddin. Beliau memberikan pengarahan tentang data pribadinya dan pengalaman beliau pada saat masih mahasiswa dan kemudian bekerja di LPDP. Setelah itu menjelaskan kegiatan PK, tugas-tugasnya, para alumni PK sebelum PK-80 yang menonjol dan para personnel PIC PK.
Beliau menyelingi dengan cerita pribadinya saat awal bertemu kemudian melamar istri beliau. Kemudian beliau bercerita tentang cinta lokasi antar para awardee PK dan cerita sukses mereka sampai ke jenjang pernikahan. Hal ini tentu akan sangat meng-inspirasi untuk para awardee yang masih single dan available. Acara ini juga dihadiri oleh beberapa perwakilan angkatan PK yang belum melaksanakan PK untuk memberikan gambaran kepada mereka tentang kegiatan PK.

Kelompok Awignya
Peserta PK-80 terpilih mendapatkan kaos LPDP

Setelah sesi pertama sampai jam 12 siang, dilanjutkan dengan makan siang nasi kotak dan istirahat untuk shalat dhuhur sampai sekitar jam 1 siang. Sesi kedua pun masih berlanjut tentang materi pengenalan terhadap PK sampai sekitar jam 5 sore yang diselingi dengan coffebreak selama setengah jam di sekitar jam 3 untuk shalat ashar dan makan cemilan. Saat calling call sesi kedua ini kami mulai diberikan stiker smiley kecil untuk penanda kehadiran di setiap sesi PK yang harus ditempel di daftar nama group masing-masing.
Pada saat mulai sesi kedua ini, PIC PK mengatakan bahwa ada selebaran isu di social media berkaitan dengan guyonan yang beliau sampaikan di acara PK ini. Mungkin beberapa orang salah menanggapi guyonan tersebut terutama yang menyangkut isu kesukuan dan gender. Tetapi bagi kami yang mengikuti acara tersebut secara penuh tidak memiliki pandangan negatif terhadap hal tersebut karena kami memahami itu hanya lah guyonan untuk menghangatkan suasana.
Salah satu kegiatan dalam sesi ini adalah permainan kuis kelompok secara online menggunakan website www.kahoot.it. Melalui website ini, tiap kelompok yang diwakili perwakilannya melakukan permainan dengan memilih jawaban seputar informasi anggota angkatan dalam PK-80. Siapa yang menjawab benar dan paling cepat akan mendapatkan nilai yang tertinggi.
Setelah sesi istirahat sore dan makan malam, kegiatan PK dilanjutkan sekitar jam 7 malam dengan acara gladi bersih acara opening PK. Ternyata acara opening PK itu tidak selalu dilaksanakan di hari pertama, karena menyesuaikan dengan jadwal para Direktur LPDP yang tersedia untuk hadir di acara PK. Menurut jadwal, untuk acara opening PK-80 akan dilaksanakan pada sesi pagi di hari kedua. Gladi bersih ini berlangsung cukup lama sampai sekitar jam 11 malam.
Sebelum istirahat, kami disuguhi dengan test tulis PK selama 1 jam yang berisi materi-materi yang harus kami hapal seperti visi, misi, mars, lambang LPDP, dan ikrar penerima beasiwa LPDP. Selain itu ada test angkatan yang berupa mencocokkan fakta/prestasi yang dimiliki oleh awardee PK-80 dengan nama-nama awardee PK-80 yang memiliki fakta/prestasi tersebut. Data ini berasal dari mini CV yang kami kumpulkan sebelum PK dimulai.

Hari Kedua PK

Kegiatan hari kedua dimulai dengan integrity sport pada jam 5 pagi. Mengingat ketersediaan kamar mandi di bungalow yang saya tempati, beberapa awardee PK termasuk saya berinisiatif untuk bangun lebih awal dan mandi sebelum acara integrity sport. Integrity sport hari kedua ini berupa senam yang dilanjutkan dengan beberapa permainan sampai jam 7 pagi.
Sesi istirahat dan makan pagi di hari kedua berlangsung sampai jam 8 pagi. Ternyata dalam 1 jam ini masih cukup waktu untuk makan pagi dan mandi meskipun tadinya kami berpikir ketersediaan kamar mandi terlalu minim. Akhirnya di hari-hari selanjutnya, kami tidak perlu lagi mandi sebelum acara integrity sport, tetapi setelah nya saja.

Jadwal Kegiatan PK-80

Kegiatan sesi pagi hari kedua tidak jadi diisi dengan acara opening PK, karena Direktur LPDP yang akan membuka acara berhalangan hadir dan dipindah ke sesi sore hari. Sesi kali ini pun dimulai dengan icebreaking berupa joget “Mori-mori”. Video Mori-mori yang ditayangkan dari Youtube ini berupa lagu anak-anak Jepang dengan koreografi 2 anak kecil laki-laki dan perempuan yang sangat lucu. Kami pun berusaha mengikuti setiap kegiatan yang ditampilkan. Dress code hari kedua adalah kemeja putih lengan panjang, celana kain hitam, dan sepatu pentofel.
Setelah icebreaking ini dilanjutkan dengan menonton film india berjudul “Every Child is Special” dengan pemeran utama Amir Khan. Film ini mengisahkan tentang seorang anak yang mengidap disleksia yaitu syndrome yang menyebabkan kesulitan dalam membaca huruf dan angka. Anak ini mengalami bullying dari teman-teman dan gurunya serta ditambah lagi dengan orang tuanya yang tidak memahami syndrome tersebut.
Karena ketidakpahamanya, si orang tua mengirimkan sang anak ke sekolah yang berasrama di kota lain dengan maksud untuk mendidiknya supaya lebih berdisiplin. Sayangnya si anak merasa semakin dikucilkan dan semakin tertekan. Beruntung ada guru baru di sekolah tersebut yang mengajar seni lukis mampu mengenali kelainan pada anak tersebut. Si guru tersebut sempat mengunjungi orang tua si anak tersebut dan berusaha untuk memberikan pemahaman tentang kondisi si anak. Pada saat itu si orang tua tidak bisa menerima penjelasan tersebut, tetapi si guru bisa mendapatkan informasi tentang kelebihan si anak dalam hal melukis.
Singkat cerita, si guru ini bercerita di kelas si anak ini tentang orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal membaca angka dan huruf tetapi menjadi orang hebat seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, dan lainnya. Kemudian si guru mengatakan bahwa dia pun termasuk salah satu yang pernah mengalami kelainan tersebut. Hal ini membuat si anak merasa punya teman yang bernasib sama.
Setelah beberapa waktu, si guru berhasil meyakinkan pihak sekolah untuk memberikan perhatian khusus untuk anak tersebut. Caranya adalah dengan meluangkan waktu tambahan untuk mengajarkan pelajaran secara lisan sambil secara perlahan membantu kekurangannya dalam hal membaca dan menulis.
Pada akhir cerita si guru ini mengadakan acara lomba menulis yang diakan pihak sekolah untuk umum termasuk semua murid dan guru di sekolah tersebut. Juara lomba ini adalah lukisan pemandangan kolam yang berada di sekolah tersebut dengan sangat detail yang dibuat oleh si anak pengidap disleksia tersebut.
Akhirnya si orang tua anak tersebut datang ke sekolah untuk menjemput anaknya untuk liburan sekolah. Mereka mendapati anak mereka menjadi anak yang berprestasi dan memahami kekeliruan mereka selama ini. Ending filmnya adalah adegan saat si anak berlari keluar dari mobil orang tua yang menjemputnya dan menghampiri si guru yang kemudian si guru mengangkat si murid tinggi-tinggi yang bisa diartikan bahwa si anak bisa berprestasi tinggi meskipun memiliki kekurangan berkat bantuan orang-orang di sekitarnya yang memahami keadaaannya.
Sesi siang hari kedua dilaksanakan setelah istirahat dan makan siang pada jam 12:30 yang diisi oleh pembicara bapak Prof. Dr. Alwi Abdurrahman Shihab, Menteri Luar Negeri Indonesia periode 1999-2001 saat kepemimpinan presiden Aburrahman Wahid. Topik yang dibahas adalah “Aku pergi untuk kembali” yang menceritakan perjalanan hidup beliau dari kecil sampai mencapai puncak karir sebagai menteri luar negeri Indonesia.
Setiap sesi pemateri selalu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars LPDP, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Ikrar penerima beasiswa LPDP. Setelah itu pemateri akan naik ke panggung dengan diiringi musik instrumental berjudul Viva La Vida dari Coldplay.
Prof. Alwi Shihab lahir di Makasar tahun 1946 dan menempuh pendidikan pesantren di Malang bersama sang kakak Quraish Shihab. Pada usia 13 tahun, beliau berdua bersama beberapa putra-putri Indonesia lain berangkat ke Mesir untuk memperdalam ilmu. Ayah beliau berpesan bahwa jangan pulang sebelum meraih gelar doktor. Saat pulang ke tanah air dari Mesir beberapa tahun kemudian, beliau belum bergelar doktor karena ada hal yang menghalanginya meraih hal tersebut. Tetapi dengan kerja keras dan usaha maksimal gelar itu akhirnya beliau raih beberapa tahun kemudian.
Saat di Amerika setelah menyelesaikan program doktoral dan mengajar di Harvard University, beliau diminta oleh Gus Dur yang saat itu menjadi presiden Indonesia untuk kembali ke tanah air dan menjabat sebagai menteri luar negeri.
Pak Alwi Shihab berpesan kepada kami:
-          “Hidup harus memiliki planning, jangan seperti laying-layang yang hanya mengikuti angin”
-          “Setelah planning, niat harus tulus supaya ujungnya sampai kepada tujuan dan menjadi orang yang bermanfaat”
-          “Tidak seorang pun luput dari kendala, tapi tekad untuk mencapai tujuan jangan tergoda oleh hal lain”
-          “Yang menentukan sukses atau gagal adalah diri kita sendiri”
Sesi selanjutnya mengambil topik “Program LPDP Untuk Indonesia” dilakukan setelah cofeebreak sore. Acara dimulai pada jam 15:45 dengan pembicara Bapak Sofwan Effendi, Direktur Dana Rehabilitasi Pendidikan LPDP. Beliau menyatakan bahwa dengan mengambil pelajaran dari berbagai program beasiswa dari pemerintah sebelumnya yang selalu mengalami keterlambatan pembayaran, maka LPDP dibuat dengan berlandaskan skema yang tidak bergantung kepada siklus APBN. Selain itu LPDP ditugaskan untuk menyiapkan pemimpin Indonesia di 2030 dan ditargetkan pada tahun tersebut LPDP sudah menghasilkan 60 ribu doktor dengan 10% nya berprofesi sebagai scientist.
Selain memberikan beasiswa pendidikan, LPDP juga memberikan dana untuk riset melalui program RISPRO. Program ini bertujuan untuk mendorong riset yang bisa diimplementasikan menjadi produk yang berkolaborasi dengan dunia industri. Satu proposal RISPRO bisa didanai sampai 2 Milyar rupiah dengan 10% nya didanai dari partner industri yang melakukan penelitian. Bahkan program ini bisa dibuat multi-year sampai maksimum 3 tahun.
Yang ketiga, LPDP bisa mendanai rehabiitasi fasilitas pendidikan yang rusak disebabkan oleh bencana alam atau lainnya. Hal ini bisa dilakukan jika kementrian terkait tidak bisa mengeluarkan dananya dikarenakan birokrasi anggaran, sedangkan kebutuhan fasilitas pendidikan tidak bisa menunggu.
Pembicara ketiga pada hari kedua ini adalah Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh. Beliau adalah Menteri Pendidikan Nasional tahun 2009-2014. Saat kepemimpinan beliau lah LPDP ini dibentuk. Jadi beliau adalah salah satu founding father LPDP bersama Ibu Sri Mulyani yang menjadi Menteri Keuangan saat itu dan saat ini juga. Sesi ini dimulai pada jam 7 malam dan berakhir jam 10 malam.
Beliau adalah lulusan teknik elektro ITS dan S2 sampai S3 nya di Prancis. Beliau pernah menjadi Direktur Politeknik Elektronik Nasional Surabaya dan kemudian menjadi Rektor ITS termuda pada usia 42 tahun. Sebelum menjadi Menteri Pendidikan Nasional, beliau menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Kebudayaan.
Sebelum beliau naik panggung, peserta PK-80 menyanyikan terlebih dahulu lagu angkatan Pranawa Cita. Dari lagu ini Prof. Nuh memberikan komentar tentang lirik yang berbunyi “Pranawa Cita terbanglah ke ujung dunia, banggakan Indonesia”. Beliau mengarisbawahi perbedaan antara kata “cinta” dan “bangga”. Menurut beliau “cinta” itu timbul dari rasa memiliki (ownership), sedangkan “bangga” itu muncul karena adanya prestasi.
Di awal sesi beliau memutarkan sebuah video klip dari Fatin yang berjudul Aku Memilih Setia. Beliau menegaskan bahwa awardee LPDP harus setia kepada bangsa dan negara Indonesia, meskipun suatu saat mendapat tawaran yang mengiurkan dari negara lain. Beliau menyatakan bahwa LPDP adalah pemberi beasiswa terbaik di dunia saat ini.
Beliau memberikan analogi sebuah persegi panjang yang memiliki ukuran sisi 4 dan 6 cm, dan bertanya berapa kelilingnya. Sebagian kelompok PK-80 menjawab 20 cm, tapi sebagian 24 cm (mungkin baru bangun dari kantuknya). Dengan panjang seperti itu berapa luas yang bisa dihasilkan? Jawabannya adalah bermacam-macam, tergantung berapa ukuran tiap sisi yang akan kita buat. Yang terluas adalah 25 cm2 kalau ukuran sisinya adalah 5 cm dan 5 cm. Sedangkan ukuran lain bisa menghasilkan luas yang lebih sedikit. Hal ini bisa dianalogikan dengan waktu yang kita miliki selama sehari semalam sebanyak 24 jam. Hasilnya adalah tergantung bagaimana kita menggunakan waktu tersebut. Ada orang yang sukses luar biasa, ada juga yang biasa saja, atau bahkan ada yang tidak mendapatkan apa-apa.
Berdasarkan analisa beliau, masa yang akan datang setelah masa information technology seperti sekarang ini adalah age of pervasive technology. Dimana saat itu, semua peralatan akan saling terhubung dan memiliki intelegensi masing-masing untuk membantu aktifitas manusia menjadi lebih baik dan optimum. Untuk mempersiapkan hal tersebut, diperlukan kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat yang bisa diasah melalui:
-          High order thinking
-          Creative
-          Intuitive sharpness
-          Decision support system
Beliau menambahkan bahwa pada tahun 2020, angkatan kerja akan didominasi oleh generasi Y and Z dimana mereka ini memiliki ciri khusus yaitu saling terhubung (connected) dan bergerak (mobile).  Saat itu kehidupan manusia akan selalu berada di antara dinding kompetisi dan kooperasi yang berarti kerjasama dalam kebaikan dan kompetisi dalam prestasi. Daya saing antar manusia akan ditentukan oleh keutuhan kompetensi berupa: sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
LPDP dibentuk untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia untuk Indonesia Emas 2045 (100 tahun kemerdekaan Indonesia). Bonus demografi yang terjadi di tahun 2005-2035 memerlukan human investasi yang salah satunya adalah dana pendidikan lintas generasi. Dimulai dari tahun 2012 dengan penyisihan 1,5-2% dari anggaran pendidikan, diharapkan pada tahun 2030 sudah terkumpul 100 Trilyun rupiah yang dialokasikan sebagai dana abadi pendidikan. Ketika saat itu tercapai, Prof. Nuh optimis sambil berkelakar “kucing pun kita sekolahkan!”
Lewat LPDP ini, ada perubahan besar dalam diplomasi Indonesia dengan negara lain. Kalau biasanya Menristekdikti akan selalu bertanya kepada negara lain apakah ada beasiswa yang bisa dialokasikan untuk putra-purtri Indonesia. Sekarang, pertanyaannya adalah apakah universitas terbaik di negeri anda? Kami akan menyekolahkan putra-putri terbaik Indonesia di sana dengan biaya kami sendiri.
Prof. Nuh berpesan kepada kami:
-          “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”
-          “Jangan takut banyak anak, karena negara memerlukan generasi muda yang TOP dan banyak”
-          “Jadikan kecerdasan dan kemuliaan dalam pembiasaan”
-          “Biasakan mendahulukan yang substantif”
-          “Perbanyak sahabat, karena mereka akan menjadi bagian dari kesuksesan kita”
-          “Jadilah seperti processor, meskipun ukurannya kecil, computer tidak ada artinya tanpa dia”
-          “Berbaktilah pada orang tua, gemar bersedekah, shalat malam dan bershalawat” bagi yang muslim
Setelah selesai sesi malam ini, saya bersama beberapa teman kelompok Awignya bertugas membuat laporan tentang sesi pencerahan dari Prof. M. Nuh. Selain dari informasi yang didapatkan di kelas, kami juga menambahkan beberapa informasi yang tersedia tentang beliau di internet dalam laporan kami. Setelah selesai dan mengirimkan dokumen laporan ini, kami pun beristirahat di kamar masing-masing.

Hari Ketiga PK

Seperti hari sebelumnya, hari ketiga ini dimulai dengan acara integrity sport pada jam 5 pagi. Setelah semua berkumpul di aula, dimulailah test menjawab soal-soal seputar LPDP. Meskipun soalnya tetap sama dengan test sebelumnya, tetap aja ada beberapa hal yang masih sulit diingat. Test ini berlangsung selama 30 menit yang dilanjutkan dengan acara kuis menggunakan aplikasi website www.kahoot.it. Ternyata integrity sport hari itu tidak benar-benar olahraga. Kami pun melanjutkan dengan kegiatan sarapan dan mandi pagi. Dress code hari ketiga adalah kemeja biru muda lengan panjang, celana panjang kain hitam, dan sepatu pentofel.

Foto bersama tiap kelompok dalam PK-80

Sesi materi pertama pagi itu dimulai jam 07:30 dengan pemateri Bapak Yudi Latif, PhD dengan materi tentang kewarganegaraan dan nasionalisme. Beliau ini lahir di Sukabumi 26 Agustus 1964 dan pernah masuk pesantren di Gontor. Beliau adalah pengarang buku Negara Paripurna dan Revolusi Pancasila. Saat ini menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Islam dan pernah dinobatkan oleh harian Kompas sebagai Cendekiawan Berdedikasi.
Salah satu isi materi yang disampaikan adalah tentang energy primordial yang menyatakan bahwa manusia adalah mahluk spiritual yang sekaligus mahluk material, manusia adalah mahluk individu yang sekaligus adalah mahluk social, dan manusia adalah mahluk yang universial yang sekaligus juga adalah mahluk particular.
Negara Indonesia ini dibangun berdasarkan kesamaan: sejarah, geo-politik, budaya, dan tujuan. Beliau menambahkan bahwa Indonesia pada awalnya mewarisi konsep negara continental dari Belanda dimana teritori laut kita yang diakui hanya sejauh 12 mil laut. Hal ini menyebabkan adanya wilayah laut internasional diantara pulau-pulau Indonesia. Setelah melaui perjuangan panjang, ahirnya pada tahun 1982 dunia internasional mengakui konsep batas negara maritime berupa zona ekonomi eksklusif sejauh 200 mil dari garis pantai.
Beliau juga menegaskan bahwa Pancasila memiliki konsep jalan keseimbangan (inklusi social) dalam menyikapi keberagaman yang ada di Indonesia. Seperti ras yang ada di Indonesia adalah: melanosoid, mongoloid dan Caucasoid. Bahasa dalam rumpun papua, austronesia, dan juga melayu polinesia. Indonesia itu sangat berbeda dengan Eropa yang tidak memiliki budaya perbedaan, dimana komunitas dalam satu negara itu sangat homogen.
Para pendiri negara kita ini sudah memiliki visi dan misi kebangsaan yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945. Visinya berada di alinea kedua: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan misinya berada di alinea keempat yang terdiri dari: melindung segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, kesejahteraan umu, mencerdaskan kehiduapan bangsa serta menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.
Sesi ini pun berakhir dengan istirahat dan makan siang. Sesi berikutnya adalah pemberian materi oleh Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin M.Sc. dengan topik Kreatif Interpreneurship. Beliau adalah lulusan IPB pada bidang Statistika di bawah bimbingan Prof. Dr. Andi H. Nasution. Beliau mendapatkan gelar S2 dan S3 nya dari Universitas Guelph, Prancis. Saat ini beliau adalah salah satu guru besar di IPB dan menjadi rector di Universitas Trilogy sejak 2013.
Beliau berpesan bahwa “Dimanapun anda mendapat amanah, maka jadilah pembawa amanah yang terbaik”. Untuk para peneliti, kemampuan menulis itu wajib dimiliki baik untuk popular science maupun research journal. Selain itu, beliau juga banyak bercerita tentang pengalamannya dalam membesarkan Universitas Trilogy yang dipimpinnya dalam membangun Technopreneurship dikalangan mahasiswanya.
Setelah acara cofeebreak sore, sesi selanjutnya adalah materi dengan topik “Pengantar Anti Korupsi” yang dibawakan oleh salah satu staff dari bagian Inspektorat Kementrian Keuangan. Kami yakin materi ini bertujuan untuk mengingatkan para awardee LPDP untuk menjauhi perilaku korupsi yang sangat merusak kehidupan bangsa dan negara kita.
Beliau memberikan definisi korupsi sebagai perbuatan melanggar hokum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain dan menghasilkan kerugian keuangan negara. Banyak hal bisa menjadi penyebab korupsi yang diantaranya adalah: pembenaran (rasionalisasi), kebutuhan (pressure) dan kesempatan (opportunity). Cara pencegahan yang efektif dari pengalaman negara lain adalah dengan cara: naming (diumumkan), faming (menjadi terkenal karena kejelekannya) dah shaming (merasa malu).
Sebenarnya kita bisa melihat indikasi korupsi dari seseorang melalui: gaya hidup yang diatas rata-rata, cenderung tidak taat aturan, problem dalam keluarga/tempat kerja, dan moral yang rendah. Pada akhirnya beliau mengingatkan bahwa uang beasiswa LPDP ini berasal dari uang pajak yang disetor rakyat Indonesia. Jadi kami harus ingat bagaimana membalasnya dengan menghindari perilaku korupsi dan mengabdi sepenuh hati untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sesi materi malam untuk hari ketiga dimulai pada jam 7 malam dengan pembicara Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LLM., PhD dengan judul materi “Pembentukan SDM yang berintegritas untuk Indonesia yang lebih baik”. Beliau lahir pada tanggal 23 November 1965 di Madura. Beliau mendapatkan gelar S1 dari Fakultas Hukum UI, kemudian melanjutkan S2 di Jepang dan lulus tahun 1992. Beliau meraih gelar doctor nya dari University of Notthingham, UK. Beliau menjadi professor termuda di UI pada usia 35 tahun dan sempat menjadi dekan FH UI.
Beliau mengemukakan bahwa tugas menjadi birokrat seperti Dekan itu adalah sebuah musibah. Hal ini karena banyak menyita waktu untuk urusan administrasi yang tidak berkaitan dengan tugas pokok dosen. Beliau menekankan bahwa achievement yang sebenarnya bagi seorang dosen adalah menjadi professor. Hal ini bisa diraih dengan salah satunya adalah sering membuat tulisan baik itu bersifat umum untuk public maupun paper ilmiah.
Beliau mengingatkan bahwa menulis untuk public lebih sulit dari membuat karya ilmiah, dikarenakan harus bida dipahami oleh semua lapisan masyarakat dan harus berisi topik up to date yang sedang hangat di masyarakat. Beliau menegaskan bahwa bagian awal dan akhir dari sebuah tulisan adalah hal yang paling penting.
Beliau berpesan kepada kami:
“Jadilah teladan untuk masyarakat”
“Harus istiqomah dengan profesi kita dan apa yang harus kita capai”
“Harus memiliki tujuan dalam hidup suapay bisa menginspirasi banyak orang”
Sesi ini menjadi penutup untuk kegiatan PK di hari ketiga. Setelah sedikit pengumuman dari Ketua PK, kami pun bisa beristirahat sedikit lebih awal dari biasanya karena tidak ada lagi kegiatan.

Hari Keempat PK

Seperti biasanya hari keempat dimulai pada jam 5 pagi dengan kegiatan integrity sport. Sesi ini dimulai dengan test tertulis seputar ke-LPDP-an dan keanggotaan PK-80. PIC PK mengatakan bahwa kalau nilai rata-rata kami mencapai diatas 80%, maka tidak akan ada lagi test tertulis seperti itu. Setelah setengah jam melaksanakan test tertulis, kami pun turun ke lapangan untuk melakukan integrity sport.
Kegiatan olah raga hari ini adalah berupa jogging disekitar Wisma Hijau. Saya tidak terlalu hapal rutenya, tetapi jogging ini atau tepatnya jalan santai ini berlangsung sekitar 1 jam. Cukup menguras keringat, tetapi menyenangkan karena bisa berkegiatan sambil mengobrol dengan rekan-rekan awardee yang lain.
Setelah berolah raga dilanjutkan dengan istirahat untuk makan dan mandi pagi. Sesi materi pertama hari itu adalah tentang Sumber Gagasan Academic Writing yang dimulai pada jam 7:30 pagi dengan pemateri Prof. M. Nasikin dari UI. Dress code hari itu adalah batik lengan panjang, celana panjang kain hitam, dan sepatu pentofel.

Kemeriahan PK-80 khususnya kelompok Awignya

Prof. M. Nasikin lahir di Jawa Timur dan mulai berkuliah di ITS pada tahun 1985. Pada tahun 1991 beliau melanjutkan ke Tokyo University of Technology untuk meraih S2 dan S3. Setelah itu beliau menjadi dosen pengajar di Fakultas Teknik UI untuk jurusan Teknik Kimia. Pada tahun 2007 beliau mendapatkan penghargaan Satya Lencana 20 tahun sebagai peneliti terbaik dan meraih Habibie Award pada tahun 2013.
Pertama beliau menjelaskan tentang perbedaan antara skripsi, thesis, dan disertasi. Kalau skripsi biasanya untuk menganalisa fenomena dengan teory (what), sedangkan thesis biasanya untuk menganalisa teori (how). Kalau disertasi memiliki ciri menemukan suatu kebaruan (why) atau dengan kata lain berupa novelty.
Tahapan dalam pembuatan academic writing adalah sebagai berikut:
-          Mengenali symptom yang berupa gejala pertanda adanya masalah
-          Rumusan akar masalah
-          Rumusan penyelesaian masalah yang didukung dengan matrix state of the art tentang perkembangan terbaru dalam bidang keilmuan tersebut
-          Hipotesis
-          Hipotesis yang dapat dibuktikan
Persyaratan dalam membuat sebuah karya ilmiah adalah harus: sistematis, ilmiah, logis, benar dan bertanggung jawab. Jika sebuah karya ilmiah ingin dipublikasikan di Jurnal ilmiah maka di dalamnya harus mengandung unsur novelty (kebaruan). Dalam proses penyusuna disertasi untuk S3 harus menggunakan data primer (data yang dihasilkan oleh sendiri) dan tidak ada statement spekulatif.
Beliau menyarankan bahwa dalam melakukan penelitian kita harus berorientasi juga terhadap kegiatan ekonominya. Gunakanlah metod “Start from the End”. Hal ini dicontohkan dengan beberapa paten yang beliau miliki bisa diterapkan dalam industry yang menghasilkan produk yang bisa digunakan oleh masyarakat.
Beliau menganalisa kenapa negara kita tidak berdaulat. Hal ini disebabkan oleh:
-          Tidak punya teknologi
-          Orientasi tidak diarahkan untuk menyelesaikan masalah bangsa
-          Periset terjebak di sasaran yang terlalu sempit.
Apakah cara yang bisa dilakukan untuk menangani masalah tersebut:
-          Kepemilikan hak paten yang mensyaratkan: baru, inventif dan ekonomis
-          Pakai pola pikir revolusi industry dengan menyelesaikan masalah bangsa yang ada di depan mata terlebih dahulu.
Sesi materi selanjutnya dilaksanakan setelah istirahat makan siang pada jam 1 siang dengan pembicara dari LPDP dengan materi “Mekanisme Pencairan Beasiswa”. Pada sesi ini dijelaskan dengan detail tentang peraturan, persyaratan dan ketentuan-ketentuan selama awardee mendapatkan beasiswa dari LPDP.
Dimulai dengan penjelasan tentang pelanggaran-pelanggaran yang tidak boleh dilakukan dan sanksinya. Jenis sanksinya meliputi: penghentian beasiswa sementara, penghentian beasiswa secara permanen, penghentian dengan pengembalian beasiswa, dan yang terberat penghentian, pengembalian, dan denda 100% dari beasiswa yang diberikan. Detail tentang jenis pelanggarannya bisa dilihat di kontrak beasiswa yang diberikan saat PK berlangsung.
Dijelaskan pula tentang semua komponen beasiswa yang menjadi hak setiap awardee LPDP berikut cara pencairan dan dokumen yang dipersyaratkannya. Semua pengajuan pembayaran dilakukan melalui website SIMONEV. Sebelum berangkat setiap awardee akan diberikan tabungan BRI atau BNI Syariah sebagai rekening untuk pembayaran beasiswa sebelum berangkat. Tetapi nanti setelah sampai di negara tujuan bisa dirubah ke rekening bank dari luar negeri untuk mempermudah penarikan dana.
Untuk permasalahan tiket keberangkatan dan kepulangan nanti, ketentuannya harus dalam jangka waktu 20 hari sebelum mulai masa studi dan 1 bulan setelah selesai masa studi. Kemudian diberikan kesempatan kepada semua awardee untuk bertanya, tetapi teknisnya diwakili oleh perwakilan kelompok setelah terlebih dahulu menampung semua pertanyaan dari kelompoknya.
Sesi ini pun berakhir sampai menjelang magrib yang dilanjutkan dengan istirahat dan makan malam. Sesi selanjutnya malam itu adalah “by you for you” yang dimulai jam 7 malam. Acara ini dikelola sendiri oleh panitia dari PK-80. Acaranya berisi: tukar cindera mata, stand-up comedi, dan battle of creativity.
Sebelum PK dimulai setiap awardee diminta untuk menyiapkan sebuah cindera mata yang dibungkus kertas koran atau kertas lain warna coklat. Setelah dikumpulkan, panitia memberikan label nomor kepada setiap bungkusan cindera mata. Pada malam itu, setiap awardee diminta maju ke depan untuk mengambil nomor. Sesuai dengan nomor ini, maka awardee mendapatkan cindera mata dari awardee lain. Saya kebagian mendapatkan souvenir wayang golek, terima kasih teman-teman. Untuk stand-up komedi, setiap kelompok harus mengirimkan perwakilannya satu orang. Maklum masih amatiran, komedinya terasa garing tetapi dinikmati saja.
Pada acara battle of creativity, kelompok saya Awignya merubah konsep yang tadinya mau berjoget maumere menjadi atraksi ondel-ondel. Ondel-ondelnya dibuat dari orang dengan memakai jaket di perut dan sarung yang diangkat untuk menutupi kepala. Tangan jaket dikasih tali supaya bisa diangkat meniru tangan manusia. Sedangkan bagian sarung dikasih bulatan putih sebagai mata lengkap dengan hidung dan mulutnya. Berkat kreatifitas kami ini, kelompok Awignya memenangkan battle of creativity dan mendapatkan hadiah sekotak bengbeng.
Acaranya menarik sebagai hiburan di malam terakhir kegiatan PK. Saat itu dibagikan juga kaos polo warna biru muda dari LPDP dan foto-foto bersama dengan pemateri tokoh nasional. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan tengah malam. Pada ahir acara diberikan briefing untuk kegiatan keesokan harinya yaitu acara closing PK-80.

Hari Kelima (terakhir) PK

Kegiatan hari terakhir PK kami dimulai dengan acara integrity sport yang seperti biasa pada jam 5 pagi. Hari itu sudah tidak ada test tertulis lagi tentang hal-hal menyangkut LPDP dan angkatan. Kami melakukan senam ringan selama setengah jam, setelah itu dilanjutkan dengan pesiapan tempat dan peralatan untuk acara closing. Saya bersama rekan lain mempersiapkan dekorasi rumbai-rumbai diatas jalan masuk ke wisma hijau dengan menggunakan kertas kref yang berwarna warni. Kegiatan ini kami lakukan sampai sekitar jam 7. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan sarapan pagi.
Kegiatan closing PK-80 dimulai sekitar jam 8 pagi dengan beberapa spot kegiatan yang menyelenggarakan acara-acara berbeda diantaranya: pemeriksaan telinga, konsultasi gizi, konsultasi kesehatan dan psikologi, lomba menggambar, pelatihan IELTS, public speaking, dan panggung hiburan. Dalam acara panggung hiburan ditampilkan beberapa persembahan: tarian dari peserta PK-80, angklung dari anak-anak SD, dram dari peserta PK-80, dan beberapa lagu yang dibawakan oleh bank PK-80.
Saat itu juga dibagikan buku tabungan BRI untuk semua awardee LPDP yang akan digunakan sebagai rekening tempat menampung transferan beasiswa LPDP. Sebelum jumatan, acara closing ini ditutup dengan pelepasan balon gas ke udara yang disertai dengan kertas bertuliskan harapan dari masing-masing awardee LPDP. Setelah pelepasan balon itu, kami menyanyikan sekali lagi lagu angkatan Pranawa Cita yang dilanjutkan dengan bersalaman.

Berbagai kegiatan dalam rangkaian acara Closing PK-80


Setelah jumatan LPDP masih menyediakan untuk kami makan siang. Bagi yang ingin langsung pulang, bisa langsung meninggalkan lokasi PK setelah acara makan siang itu. Tetapi sebenarnya masih ada satu acara lagi yaitu pelatihan public speaking dengan peserta dari beberapa orang guru sekolah di sekitar Wisma Hijau dan juga beberapa awardee LPDP yang masih bertahan. Acara ini dipimpin oleh nara sumber seorang presenter televisi swasta nasional yang cukup terkenal.
Beliau menekankan adanya dua hal penting dalam public speaking yaitu content (isi) dan delivery (cara penyampaian). Dalam kegiatan ini lebih menekankan kepada delivery yang fokusnya di bagian: artikulasi, intonasi, speed, stressing dan jeda. Sedangkan untuk content sendiri harus memperhatikan: what, who, when, where, why, and how.
Setelah kegiatan ini, maka berakhirlah seluruh kegiatan PK-80. Satu persatu awardee beasiswa LPDP meninggalkan Wisma Hijau untuk kembali ke daerahnya masing-masing.

Pasca PK

Bagi saya dan mungkin juga beberapa awardee LPDP yang lain ada phenomena menarik dalam kegiatan PK ini. Pada saat sebelum PK, saya merasa PK ini adalah kegiatan yang agak menakutkan dan tidak menarik. Saya menjalaninya hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagian bagian dari proses beasiswa LPDP. Saat kegiatan bermain futsal sebelum kegiatan PK diantara peserta PK-80 ada yang mengatakan, kenapa ada peserta PK yang sudah lalu tapi masih datang ke acara futsal ini. Ternyata kami temukan jawabannya setelah kegiatan PK ini berakhir.
Begitu meninggalkan Wisma Hijau, ada perasaan bahwa sesuatu telah hilang dari diri kita. Yang dalam 5 hari kemarin kami selalu bersama, tiba-tiba kembali menjadi sendiri. Lagu mars LPDP dan lagu angkatan masih selalu terngiang-ngiang di telinga, padahal seminggu yang lalu begitu susahnya untuk dihapal. Benarlah perkataan PIC PK, bahwa dosa kegiatan PK adalah memisahkan orang yang sudah dipertemukan.
Saya memantau postingan di group telegram Pranawa Cita dan juga kelompok begitu ramai dengan kiriman foto dan video selama PK. Beberapa orang bahkan mengakui mendownload lagu-lagu yang selalu diputar selama PK berlangsung baik itu calling class maupun saat pembicara naik panggung. Tambahan lagi bahwa ada beberapa awardee yang mengadakan kopdar hanya beberapa hari setelah selesai PK. Bisa dipastikan bahwa hampir sebagian besar peserta PK-80 mengakui bahwa mereka gagal move on.

Smiley dari icon PK-80

Dengan phenomena tersebut, dipastikan bahwa kegiatan PK-80 berhasil dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh PIC PK yaitu sebagai arena perkenalan anatar awardee LPDP, antara awardee LPDP dengan pengurus LPDP, dan juga antara awardee LPDP dengan para tokoh nasional. Diharapkan dengan phenomena susah move on ini, rasa persaudaraan antar awardee LPDP ini bisa terjaga dengan baik dan pada akhirnya bisa menghasilkan sinergi dalam membangun Indonesia.

Akhirnya saya berharap tulisan ini bisa memberikan gambaran bagi para awardee yang belum melaksanakan PK supaya bisa melaksanakan PK tersebut dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan kenangan yang tak terlupakan. 

LPDP… Jaya!!!