Berita tentang korupsi dalam proyek e-KTP sangat menyayat hati. Berdasarkan dakwaan KPK hampir setengah dari anggaran proyek dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Secara naluri, manusia memang mahluk yang tamak dan suka iri hati. Tetapi kita harus menyadari bahwa kedua sifat itu bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka di akhirat nanti. Sifat iri dari para pejabat pemerintah dan sifat tamak dari para pengusaha adalah dua hal yang menyebabkan korupsi di negara kita semakin merajalela. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang bagaimana sifat iri dan tamak ini bisa menyebabkan korupsi dan kolusi serta usulan bagaimana cara menanganinya.
Dalam kaitannya dengan korupsi proyek pemerintah, para pejabat pemerintah yang menangani proyek melihat nilai keuntungan yang bisa didapat oleh pengusaha yang menjalankan proyek tersebut sangat besar. Mereka ini merasa iri dengan hal tersebut dan berusaha untuk mendapatkan bagian juga. Di lain pihak, para pengusaha yang tamak menggunakan cara kolusi dengan pejabat pemerintah untuk memenangkan persaingan dalam memperebutkan proyek tersebut. Karena kedua hal diatas, terjadilah kolusi dan korupsi dari pejabat pemerintah dan pengusaha untuk membagi-bagi keuntungan diantara mereka dengan nilai yang melewati batas kewajaran.
Ada beberapa cara untuk mengatasi korupsi dan kolusi para pejabat pemerintah dan pengusaha. Pertama adalah meningkatkan kesadaran dan nilai-nilai moral dari seluruh warga negara baik itu para pejabat maupun pengusaha. Hal seperti ini sangat baik dan efektif untuk diterapkan bagi generasi yang akan datang yang belum terkontaminasi oleh virus korupsi dan kolusi. Tetapi untuk generasi yang sekarang memegang kekuasaan akan sangat sulit untuk menerapkannya, karena budaya dan perilakunya sudah sangat tekontaminasi. Cara kedua adalah dengan mengakomodasikan pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha dengan naungan hukum yang jelas. Dengan cara ini, sifat iri dan tamak dari manusia bisa dipuaskan dalam batas kewajaran yang diperbolehkan. Jika diketahui bahwa pembagian keuntungan ini melewati batas, maka hukuman yang jelas bisa diberlakukan. Cara ketiga adalah transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran proyek. Dengan transparansi ini, semua anggaran proyek bisa dimonitor dan dipertanggungjawabkan secara detail dan sah. Cara ketiga ini akan sangat efektif dalam mengontrol cara kedua supaya tidak melewati batas.
Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa sifat manusia yang iri dan tamak bisa menjerumuskan orang ke dalam lingkaran setan korupsi dan kolusi. Dalam siklus ini, hubungan yang saling menguntungkan diantara para pejabat yang iri mendapatkan suguhan yang enak dan para pengusaha yang tamak mendapatkan banyak keuntungan, menyebabkan korupsi besar-besaran dari anggaran proyek pemerintah yang menggunakan uang rakyat. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan aturan yang jelas dan wajar tentang pembagian keuntungan antara pejabat dan pengusaha. Hal ini hanya bisa dimungkinkan jika adanya transparansi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dari anggaran tersebut yang bisa diakses dan diaudit oleh publik. Cara lain yang paling elegan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai moral dan agama dari semua warga negara termasuk para pejabat dan pengusaha bahwa korupsi dan kolusi itu adalah hal tercela yang hukumannya sangat berat baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan korupsi dan kolusi seperti jauhnya jarak terbit dan terbenamnya matahari!
Neno Ruseno
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku". (QS Yusuf:4)
Pages
Sunday, April 16, 2017
Friday, March 31, 2017
Simalakama Pilkada
Dalam hidup ini selalu ada saatnya kita harus memilih. Bahkan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan. Setiap orang punya alasan tersendiri akan pilihan yang mereka pilih. Sesuatu yang dianggap baik oleh satu orang, belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Terkadang kita terpaksa memilih sesuatu yang bukan keinginan kita, tetapi itulah kehidupan.
Bagi setiap muslim, apa pun yang Alloh berikan untuk kita, pastilah itu yang terbaik. Kalaupun kita merasakan kesusahan, maka bersabarlah! Dan ketika yang dirasakan adalah kesenangan maka bersyukurlah! Keduanya tidak berbeda dihadapan Alloh, sama baiknya.
Ada saatnya kita menghadapi pilihan yang sulit, misalkan dalam keadaan kelaparan diberikan pilihan daging babi yang terlihat segar dan daging ayam yang tercium aroma busuk. Ada orang yang akan memilih daging ayam itu, walaupun ia tahu tidak akan menyelamatkan nyawanya. Ada orang yang akan memilih daging babi untuk menyelamatkan jiwanya dengan alasan darurat walaupun ia tahu itu haram. Mungkin juga ada orang yang tidak akan memilih keduanya dan menunggu takdir yang akan menghampirinya.
Apapun yang akan dipilih oleh warga DKI dalam Pilkada 2017 ini, tidak akan merubah hukum haram pada daging babi.
Schiedam, 31032017
Bagi setiap muslim, apa pun yang Alloh berikan untuk kita, pastilah itu yang terbaik. Kalaupun kita merasakan kesusahan, maka bersabarlah! Dan ketika yang dirasakan adalah kesenangan maka bersyukurlah! Keduanya tidak berbeda dihadapan Alloh, sama baiknya.
Ada saatnya kita menghadapi pilihan yang sulit, misalkan dalam keadaan kelaparan diberikan pilihan daging babi yang terlihat segar dan daging ayam yang tercium aroma busuk. Ada orang yang akan memilih daging ayam itu, walaupun ia tahu tidak akan menyelamatkan nyawanya. Ada orang yang akan memilih daging babi untuk menyelamatkan jiwanya dengan alasan darurat walaupun ia tahu itu haram. Mungkin juga ada orang yang tidak akan memilih keduanya dan menunggu takdir yang akan menghampirinya.
Apapun yang akan dipilih oleh warga DKI dalam Pilkada 2017 ini, tidak akan merubah hukum haram pada daging babi.
Schiedam, 31032017
Sunday, January 8, 2017
Cerita berangkat S3 langsung dengan keluarga
Dalam tulisan
ini saya akan bercerita tentang proses yang saya alami setelah saya mendapatkan
pengumuman kelulusan menjadi awardee beasiswa LPDP sampai saya berangkat untuk
menempuh program S3 saya di TU Delft, Belanda. Tulisan ini semoga bisa
bermanfaat terutama untuk yang berniat membawa keluarga dari awal masa studi.
Saya bersyukur
akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk program S3 saya. Hari
berikutnya setelah saya mendapatkan pengumuman kelulusan beasiswa LPDP, saya berlibur
bersama keluarga mengunjungi saudara di Banten untuk beberapa hari. Saat sedang
liburan itu ada email susulan untuk mengisi bio-data dan bergabung dengan group
di aplikasi Telegram untuk menunggu jadwal kegiatan Persiapan Keberangkatan
(PK).
Saya berharap untuk
segera mendapatkan kelompok dan jadwal PK, tetapi setelah beberapa group PK
diumumkan nama saya belum juga tercantum di dalamnya. Group PK yang untuk batch
kedua tahun 2016 dimulai dari PK70. Sempat ada beberapa orang yang
berkomunikasi dengan saya untuk urusan pengelompokan PK ini, tetapi kami hanya
bisa menunggu sampai deadline pengumuman PK tanggal 17 Juni 2016. Di hari
terakhir pengumuman PK itu, nama saya muncul di group PK80. Ternyata PK80 itu
adalah PK khusus tanpa tugas pra PK kecuali memilih pengurus PK. Saya pun tidak
mengerti kenapa saya masuk PK80, tetapi saya bersyukur karena tidak akan ada
tugas tambahan.
PK ini adalah
salah satu proses wajib yang harus diikuti oleh penerima beasiswa LPDP. Group
dan jadwalnya ditentukan langsung oleh LPDP. Kegiatannya berlansung selama 1
minggu penuh (5 hari). Sebagimana disarankan bahwa intake kuliah minimal 6
bulan setelah deadline pedaftaran, salah satu pertimbangannya adalah karena kegiatan
PK ini. Jadi untuk yang intake kuliahnya sangat mepet setelah pengumuman
kelulusan beasiswa LPDP akan sangat deg-degan menunggu pembagian group dan
jadwal PK ini. Harus dipahami juga bahwa dalam satu batch itu terdiri dari
ratusan orang, dan setiap group PK harus memiliki penyebaran peserta yang
merata baik dari asal daerah, profesi, tujuan study, dll. Makanya sebaiknya
intake kuliah dipilih lebih dari 6 bulan setelah waktu pengumuman, supaya
tenang menghadapi jadwal PK yang padat dan persiapan administrasi yang lain
sebelum keberangkatan.
Saat persiapan
PK, panitia menggunakan sarana komunikasi lewat aplikasi Telegram. Banyak group
dibuat sesuai dengan pengelompokan kepentingannya seperti group PK tiap
angkatan, group batch LPDP, group negara tujuan, group universitas tujuan, dll.
Sebenarnya
selain LPDP saya juga mendaftar untuk beasiswa BUDI (Beasiswa Unggul Dosen
Indonesia) sebelum keluar pengumuman dari LPDP. Alhamdulillah saya lolos
seleksi administrasi dan diundang untuk wawancara. Tetapi karena saya sudah mendapatkan
beasiswa dari LPDP, saya tidak akan mengikuti proses seleksi BUDI selanjutnya.
Sambil menunggu
jadwal PK saya yang insyaalloh akan dilakukan pada awal Oktober 2016, saya
mendapat email dari TU Delft untuk pengurusan visa. Untuk urusan visa ini
diperlukan dokumen bukti penghasilan berupa surat Letter of Sponsorhip dari
LPDP, passpor dan akta kelahiran yang sudah dilegalisir. Proses melegalisasi
akta kelahiran dan surat nikah bagi yang akan membawa keluarga ini memang agak ribet
dan susah. Persyaratan pertama adalah akta kelahiran harus berbahasa inggris,
jadi perlu pembuatan kutipan baru untuk akta format lama atau membuat
terjemahan oleh penerjemah tersumpah. Berdasarkan pengalaman, saya bisa membuat
kutipan baru dari kantor catatan sipil kabupaten asal saya, tetapi untuk istri
saya kantor catatan sipilnya tidak mau membuatkan terjemahan untuk akta
lamanya, sehingga akhirnya membuat terjemahan saja untuk dilegalisir. Surat
nikah dan akta kelahiran memerlukan legalisasi dari Kemenkumham, Kemenlu dan
Kedutaan Belanda.
Khusus untuk
surat nikah memelukan legalisasi dari Kemendag terlebih dahulu sebelum proses
di Kemenkumham. Diperlukan 3 fotokopian akta nikah yang sudah dilegalisir
terlebih dahulu oleh KUA yang mengeluarkannya. Proses legalisasi di Kemendag
(kantor pusat di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta) berlangsung cukup cepat sekitar 2
jam saja dan gratis serta bisa diambil langsung saat itu juga.
Proses
legalisasi di Kemenkumham (kantor Imigrasi di Jl. Rasuna Said, Jakarta)
memerlukan waktu 3 hari dan biaya sebesar 25 ribu rupiah per dokumen. Jangan
lupa membawa materei juga, karena legalisasinya ditempeli materei. Untuk
legalisasi ke Kemenlu di Jl. Pejambon, Jakarta perlu satu hari kerja dan
membayar 10 ribu rupiah per dokumen.
Setelah semua
dokumen mendapatkan legalisasi dari pihak pemerintah Indonesia, semuanya harus
dilegalisasi oleh kedutaan belanda di Jakarta. Harganya lumayan mahal, per
dokumen adalah 370 ribu rupiah. Prosesnya selama 1 hari kerja, pendaftaran pagi
hari dan bisa diambil siang di hari berikutnya. Pengalaman saya memasukan
dokumen hari kamis pagi, dan bisa diambil hari jumat siang. Dikarenakan waktu
hari jumat yang sempit karena jumatan saya memutus untuk mengambilnya di hari
senin pagi. Ternyata waktu datang ke sana tidak bisa diambil pagi, tetapi harus
siang dari jam setengah 2 sampai jam 3 sore.
Semua dokumen
yang sudah dilegalisir saya scan dan dikirimkan ke pihak universitas untuk
proses pendaftaran visa. Pengalaman saya di TU Delft, untuk proses pengajuan
visa ini cukup menggunakan surat bukti penerima beasiswa dalam bentuk Letter of
Sponsorship (LoS). Proses pembuatan visa kurang lebih selama 1 bulan. Dikarenakan
saya akan memulai program S3 saya di awal bulan Januari 2017, pihak universitas
mendaftarkan permohonan visa pada akhir bulan Oktober. Satu bulan kemudian di
akhir bulan November, saya mendapatkan email bahwa visa untuk saya dan keluarga
sudah siap dan bisa diambil di kedutaan Belanda di Jakarta.
Proses
pengambilan visa ini masih memerlukan beberapa dokumen dan tahapan lain. Kita
harus datang ke kedutaan di pagi hari dan tidak bisa diwakilkan karena ada
proses pengambilan sidik jari. Kita harus mengisi formulir pengajuan visa yang
bisa di download di website keduaan. Diperlukan juga dokumen akta kelahiran
yang sudah dilegalisir dan juga akta nikah bagi mereka yang sudah berkeluarga.
Selain itu perlu juga pas foto yang bisa dibuat di dalam kedutaan dan tentunya
passport kita. Setelah selesai pemeriksaan dokumen, saya diberi bukti
pendaftaran untuk pengambilan dan nomor untuk mengecek status aplikasi lewat
website. Petugasnya berpesan kalau statusnya sudah selesai, baru saya bisa
datang lagi ke kedutaan untuk mengambil visa. Alhamdulillah proses visa tidak
memerlukan biaya. Setelah kurang lebih satu minggu, status di website aplikasi
saya sudah finalized. Kemudian istri saya mengambil visa di kedutaan dan benar
sudah selesai. Visanya berlaku untuk masa 3 bulan dimulai saat tanggal
pengambilan visa.
Dari awal saya
sudah berniat untuk berangkat langsung bersama keluarga, tetapi di tengah masa
persiapan saya sempat berpikir untuk berangkat sendirian terlebih dahulu. Hal
ini mengingat family allowance dari LPDP yang baru tersedia setelah 6 bulan
masa studi, dan juga banyak persiapan lain yang diperlukan seperti transport
dan akomodasi. Pada akhirnya setelah diperhitungkan dan dipikir-pikir lagi,
saya berketetapan akan berangkat langsung bersama keluarga, meskipun prosesnya
akan lebih menantang.
Satu hal yang
agak sulit dipersiapkan sebelum berangkat adalah masalah akomodasi terutama
untuk yang akan membawa keluarga. Permasalahannya adalah di harga dan
ketersediaan akomodasi. Saya mengalami untuk daerah Delft Belanda, sangat susah
untuk mendapatkan akomodasi yang terjangkau dengan besaran beasiswa yang
diberikan. Jadi disarankan juga untuk mencari di kota-kota sekitarnya seperti Rijswijk,
Den Haag, Schiedam ataupun Rotterdam.
Saat saya masih
bingung antara berangkat sendiri atau bersama keluarga, saya sempat registrasi
akomodasi lewat DUWO (akomodasi khusus dari kampus). Untuk registrasi ini kita
harus bayar 228 euro terlebih dahulu untuk biaya administrasi. Pembayaran ini
bisa dilakukan dengan transfer antar bank dari Indonesia dengan biaya 38 euro
kalalu lewat bank Mandiri. Ternyata di DUWO ini, akomodasi untuk mahasiswa yang
membawa keluarga sangat sedikit dan sudah penuh. Akhirnya uang registrasi saya
hangus karena tidak jadi memakai fasilitas akomodasi dari DUWO.
Untuk mahasiswa
yang membawa keluarga dengan anak satu seperti saya, akomodasinya harus
rumah/apartemen yang memiliki minimal 2 kamar tidur. Katanya persyaratan ini untuk
nanti kita mendaftar di kelurahannya belanda sebagai penduduk di sana.
Kita bisa
mengecek apartemen sewa yang tersedia lewat beberapa website seperti
pararius.nl ataupun funda.nl. Website ini mengumpulkan iklan-iklan dari
berbagai makelar (agen) rumah, jadi terkadang di website ini masih tersedia
ternyata di website agennya sudah disewa orang. Tetapi website ini sangat
membantu dari pada kita harus mengecek website agen satu persatu. Saran saya
pilihlah yang masih status iklannya NEW (baru). Kita bisa kontak makelar rumah
tersebut lewat websitenya ataupun email.
Prosedur untuk
menyewa rumah ini, biasanya setelah kita kontak agennya mereka akan merespon
dan meminta kita mengisi formulir niat untuk menyewa. Setelah itu mereka akan
menjadwalkan untuk proses viewing akomodasinya apakah cocok atau tidak. Kalau
kita merasa cocok, nanti agennya akan mengirimkan informasi kita ke pemilik
rumah untuk mendapatkan persetujuan. Setelah semua cocok, tinggal tanda tangan
kontrak dan pembayaran uang muka dan sewa.
Kebetulan saya
punya teman yang sedang kuliah S3 juga di TU Delft yang bersedia membantu untuk
melakukan viewing atas nama saya. Saat awal-awal pencarian, saya cukup selektif
memilih akomodasi yang dekat ke kampus. Sempat beberapa kali viewing tetapi
selalu tidak berhasil mendapatkan kontraknya. Menurut bocoran dari agen,
mahasiswa yang membawa keluarga dengan punya anak itu selalu berada dalam
daftar paling bawah untuk mendapatkan akomodasi. Saya sempat was-was juga
karena sampai sekitar seminggu sebelum jadwal keberangkatan, saya belum juga
mendapatkan akomodasi.
Teman saya
menyarankan untuk mencari akomodasi sementara saja, salah satunya mencari lewat
airbnb.com. Setelah mencoba mencari di airbnb, harganya lumayan mahal juga yang
paling murah per harinya sekitar 80an euro. Kemudian teman saya itu juga
memberikan kontak mahasiswa Indonesia yang lagi mudik dan mungkin apartemen nya
bisa disewa sementara. Alhamdulillah saya bisa kontak beliau dan saya bisa
pakai apartemen nya sementara untuk 10 hari. Saya pikir yang penting ada dulu,
nanti di sana bisa sambil mencari-cari lagi.
Tadinya saya ingin
memesan tiket keberangkatan setelah dapat kepastian akomodasi. Tetapi ketika
sampai 2 minggu sebelum keberangkatan belum dapat akomodasi juga, saya memberanikan
diri untuk memesan tiket. Ternyata tiket yang penerbangan langsung ke Belanda
sudah habis, setelah beberapa kali diskusi dengan bagian tiket LPDP (koperasi
cempaka) saya memilih tiket untuk penerbangan Etihad ke Amsterdam dengan
transit di Abu Dhabi. Pada awalnya koperasi cempaka tidak merekomendasikan
penerbangan ini karena katanya perlu visa transit, tetapi akhirnya mereka
memberikannya juga karena sebenarnya tidak perlu visa transit karena transitnya
hanya 3 jam dan masih memakai maskapai yang sama.
Setelah dapat
tiket, yang diperlukan kemudian adalah asuransi perjalanan. Saya mendapatkan
fasilitas asuransi dari LPDP selama masa studi dan bisa langsung apply online
dan pembayarannya ditransfer oleh LPDP. Karena keluarga tidak dicover
asuransinya oleh LPDP, saya membeli asuransi perjalanan untuk satu bulan
terlebih dahulu. Kata senior yang sudah berangkat, asuransi untuk keluarga bisa
diuruskan setelah datang di tempat tujuan.
Di pekan
terakhir bulan Desember, saya sudah dapat izin tugas belajar dari kampus tempat
saya mengajar dan bisa mudik ke rumah orang tua saya sebelum berangkat. Meskipun
masih was-was dengan tempat tinggal,
saya tetap searching di internet dan tidak lupa berdo’a. Akhirnya tepat sepekan
sebelum jadwal keberangkatan, saya dapat email dari salah satu agen rumah yang
pernah saya hubungi. Dia menyampaikan ada rumah yang bisa disewakan di daerah
Schiedam dan bisa mulai di awal Januari 2017. Saya langsung aja menyatakan
berminat dan minta diproses cepat kalau bisa tanpa viewing.
Dia membalas
email saya dan menambahkan bahwa rumah yg itu kondisinya 2 lantai dan mungkin
tidak cocok untuk yang punya anak. Dia merekomendasikan rumah yang lain yang
dekat daerah itu juga yang kondisinya sama-sama furnish dan kamar tidurnya 2
tetapi dalam 1 lantai saja. Setelah lihat foto-fotonya dan harganya masih
terjangkau (1050 euro per bulan, full furnished, dan including
gas/water/heater) meskipun tetap cukup mahal, saya menyetujui untuk menyewa
apartemen tersebut dan mengirimkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
passport, surat penerimaan kuliah dan surat beasiswa.
Hari berikutnya
saya mendapatkan kontrak untuk ditandatangani dan tagihan pembayarannya. Hari
itu juga saya mentransfer tagihan tersebut lewat bank BRI, meskipun proses
transfernya agak lama. Hari berikutnya saya dapat konfirmasi penerimaan
transfer dan kontrak yang sudah lengkap ditandatangani. Kemudian saya janjian
dengan agen untuk penyerahan kunci saat kedatangan saya nanti tanggal 4 Januari
2017. Alhamdulillah di saat-saat akhir menjelang keberangkatan semua masalah
selesai. Setelah melewati perjuangan yang mendebarkan saya akhirnya bisa
berangkat bersama-sama keluarga saya untuk memulai pendidikan S3 saya di TU
Delft.
Kebetulan
beberapa hari sebelum berangkat, teman saya yang di Delft memberitahukan bahwa
salah satu temannya juga akan berangkat ke Delft dengan penerbangan yang sama
dengan saya. Jadi Alhamdulillah ada teman seperjalanan yang sudah tahu keadaan
di sana. Sebenarnya sebelum berangkat, saya sudah request untuk taxi service
dari kampus untuk menjemput saya dari bandara ke apartemen. Tetapi sampai saya
berangkat belum mendapatkan konfirmasi dari pihak kampus.
Setelah sampai
di bandara Amsterdam, saya menanyakan ke kantor Schiphol Transfer Assistance
tentang booking taxi tersebut. Mereka bilang tidak ada booking atas nama saya,
tetapi mereka mau membantu menanyakan ke pihak kampus. Setelah menunggu hampir
setengah jam, akhirnya mereka mengkonfirmasi bahwa ada kesalahan di system
booking mereka dan pihak kampus sudah membuat reservasi taxi untuk saya dan
taxi nya akan segera dikirim menjemput saya. Taxi nya datang satu jam kemudian
dan membawa saya dari bandara Schiphol ke apartemen yang akan saya tempati di
Schiedam. Sampai di apartemen, saya tidak menunggu lama agen rumah pun datang
membawa kunci.
Alhamdulillah dengan
tekad dan usaha yang sungguh-sungguh serta izin Alloh, saya bisa langsung
membawa keluarga untuk memulai studi S3 saya. Kalau ada pembaca yang mau
bertanya, bisa langsung email saya di neno_r@yahoo.com. Bismillah, saya memulai
salah satu bagian dari perjalanan hidup saya di sini, semoga berkah! Amin…
-o0o-
Berikut foto-foto keberangkatan saya:
Foto ketika akan berangkat di Bandara Soekarno-Hatta diantar oleh ibu dan bapak.
Foto ketika di dalam pesawat terbang menuju transit di Abu Dhabi.
Foto ketika sudah sampai di Belanda, kebetulan ada salju turun di Schiedam
Tuesday, November 1, 2016
Cerita Mendaftar Beasiswa LPDP 2016
Saat saya sedang mempersiapakan
pendaftaran untuk beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), saya tidak
menemui satu pun cerita pengalaman pendaftar beasiswa S3. Oleh karena itu saya
ingin berbagi pengalaman saya ini supaya bermanfaat bagi yang lain.
Dari sejak dulu saya berkeinginan
untuk meraih pendidikan tinggi sampai jenjang S3 dari universitas di luar
negeri yang berkelas dunia. Sebelum menjadi dosen, saya sudah pernah mendaftar di
beberapa program S3 lewat berbagai jalur seperti: call for application, academic
transfer, ataupun kontak langsung dengan professornya. Hasilnya ada yang sampai
dapat Letter of Acceptance (LoA) tapi tidak dengan beasiswa, ada yang jadi
waiting list, ada yang sampai tahap wawancara akhir, ada juga yang tidak lolos
dari tahap awal. Sebagai karyawan swasta, saya menyadari bahwa pendidikan S3
tidak akan terlalu berpengaruh terhadap karir saya, tetapi keinginan itu selalu
ada meskipun kadang melemah saat menerima pengumuman kegagalan.
Setelah saya menjadi dosen di
pertengahan tahun 2015, keinginan itu semakin meningkati karena dalam jenjang
akademik dosen, pendidikan S3 sangatlah penting. Pencarian beasiswa dan program
S3 yang saya lakukan menjadi semakin gencar. Dari informasi yang beredar di
mailing list beasiswa, saya mendapatkan informasi tentang beasiswa LPDP yang
ditawarkan oleh Kementrian Keuangan untuk semua WNI yang memenuhi persyaratan. Meskipun
program ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu, saya agak terlambat
mengetahuinya. Kalau sebelumnya saya selalu mencari beasiswa S3 yang satu paket
dengan program S3 langsung dari universitas yang menawarkannya, maka dengan
adanya beasiswa LPDP ini saya bisa mencari program S3 nya dulu sampai dapat LoA
kemudian mengajukan beasiswa LPDP.
Informasi tentang beasiswa LPDP
sangatlah mudah di dapat lewat website resminya maupun website lainnya. Dari
jadwal pendaftaran yang tersedia, kita bisa mempersiapkan rencana untuk
melakukan pendaftaran dan melengkapi persyaratan yang diperlukan. Tadinya, saya
berencana untuk mendaftar pada gelombang terakhir tahun 2015. Tetapi karena
tidak sempat untuk mendapatkan LoA nya, jadi diundur ke batch kedua tahun 2016.
Hal pertama yang saya siapkan
adalah membuat essay tentang “Kontribusiku bagi Indonesia” dan “Sukses Terbesar
dalam Hidupku”. Dalam essay “Kontribusiku bagi Indonesia”, saya menceritakan
tentang kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah saya lakukan waktu masih
menjadi mahasiswa, kegiatan kemasyarakatan di sekitar tempat tinggal, kegiatan
sebagai dosen dalam hal pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat
sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan juga tentang manfaat yang bisa
dihasilkan dari penelitian yang akan saya lakukan dalam program S3 yang
diajukan beasiswanya ke LPDP. Untuk essay “Sukses Terbesar dalam Hidupku” saya
membahas tentang prestasi saya dari waktu kecil sampai sekarang, tetapi tidak
satu pun saya akui sebagai sukses terbesar. Saya mengharapkan sukses terbesar
saya adalah bisa memperbaiki system transportasi udara di negeri ini sehingga
bisa lebih aman, nyaman, dan terjangkau untuk seluruh masyarakat.
Hal kedua yang saya persiapakan
adalah berusaha untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari program S3
yang akan saya lakukan. Hal ini adalah hal yang paling menantang, karena begitu
banyak program S3 yang tersedia di berbagai universitas dan bagaimana cara kita
supaya bisa diterima di salah satunya. Universitas tempat saya mengabdi memiliki
kerjasama dengan salah satu universitas di Jerman. Saya mencoba menggunakan
jalur ini dengan mengontak professor di sana untuk mendapatkan LoA. Ternyata
universitas yang bersangkutan tidak memiliki program S3 yang saya inginkan, dan
professor di sana menyarankan untuk mengontak kolega nya di universitas lain di
Inggris yang memiliki kerjasama dengan mereka. Setelah saya mambaca berbagai
informasi tentang universitas tersebut, saya pikir universitas ini tidak sesuai
dengan yang saya inginkan.
Saya jadi teringat pengalaman
waktu mendaftar program S3 lewat academic transfer di TU Delft Belanda. Waktu
itu saya sampai tahap interview teleconference dengan professornya. Dengan
berbekal pengalaman itu, saya mengontak kembali professor tersebut untuk
menanyakan kemungkinan mendapatkan LoA S3 di bidang transportasi udara. Saya
sampaikan kepada beliau bahwa saya berencana untuk menggunakan LoA itu untuk
mendaftar beasiswa LPDP. Professor tersebut merespon positif rencana saya dan
memberikan kesempatan saya untuk melalui proses pendaftaran dan seleksi S3 di
departemen beliau.
Pertama saya diminta untuk
mengirimkan CV, ijazah dan transkrip untuk S1 dan S2. Kemudian saya diminta
untuk membuat sebuah literature study dari sebuah jurnal yang ditentukan untuk
dipresentasikan di depan professor tersebut dan bagian admission office. Saya
diberi waktu sekitar 2 minggu untuk mempersiapkan bahan presentasi tersebut. Acara
teleconference nya lewat video call Skype. Presentasinya berlangsung sekitar 15
menit, dilanjutkan dengan proses tanya jawab tentang bahasan yang
dipresentasikan. Satu minggu kemudian saya mendapatkan hasilnya bahwa saya
berhsil mendapatkan LoA untuk program S3 bidang transportasi udara di TU Delft.
Topik penelitiannya dipilihkan oleh professor tersebut dengan persetujuan dari
saya.
Selanjutnya komunikasi masalah
kapan saya memerlukan LoA ini untuk proses pendaftaran beasiswa LPDP, kapan
saya bisa mulai melaksanakan program S3 saya jika saya mendapatkan beasiswa
tersebut, dan jumlah keluarga yang akan ikut menyertai pendidikan saya untuk
menentukan jumlah beasiswa yang diperlukan. Setelah semuanya disesuaikan dengan
jadwal beasiswa LPDP, saya mendapatkan LoA unconditional tersebut. Di dalamnya
disebutkan bahwa saya mendapatkan bebas tuition fee dan hanya memerlukan biaya
untuk transportasi dan akomodasi saja. Sebenarnya saya tidak mengajukan
pembebasan tuition fee, karena beasiswa LPDP bisa menanggung berapa pun tuition
fee nya.
Sebenarnya untuk rencana
cadangan, saya juga mengontak universitas tempat saya menimba ilmu di tingkat
sarjana di dalam negeri yaitu Insitut Teknologi Bandung. Saya sempat berdiskusi
dengan dosen yang pernah jadi supervisor saya untuk kemungkinan mengambil
program S3 di sana. Dikarenakan saya sudah mendapatkan LoA dari TU Delft, saya
tidak jadi mendaftar program S3 di dalam negeri.
Selain LoA dan essay, diperlukan
juga surat izin dari atasan, surat rekomendasi, surat pernyataan tidak menerima
beasiswa lain, dan surat pernyataan akan kembali ke Indonesia setelah
menyelesaikan program S3. Dikarenakan saya adalah dosen perguruan tinggi
swasta, saya meminta surat izin dari rektor universitas dan sekaligus surat
rekomendasinya. Untuk dua surat pernyataan lainnya, bisa memakai template dari
website LPDP dan tanda tangan diatas materai.
Selain persyaratan diatas,
diperlukan beberapa lagi dokumen untuk persyaratan beasiswa LPDP seperti: SKCK
dari kepolisian, surat keterangan sehat, surat keterangan bebas narkoba dan TBC
yang dikeluarkan oleh rumah sakit pemerintah. Untuk hal tersebut saya
menyempatkan pulang ke kampung halaman saya di Ciamis untuk mengurusnya karena
KTP saya masih berdomisili di tempat orang tua. Untuk surat SKCK diperlukan
surat pengantar dari RT, RW, dan desa setempat sebelum diajukan ke kepolisian.
Tadinya saya berpikir bahwa SKCK itu dikeluarkan oleh Polres, tetapi waktu saya
datang ke Polsek untuk meminta surat pengantar, petugasnya mengatakan bahwa
SKCK juga bisa dikeluarkan oleh Polsek. Jadi supaya lebih mudah saya membuat
SKCK di Polsek saja.
Untuk surat keterangan sehat,
surat bebas narkoba dan TBC saya mendatangi rumah sakit umum daerah. Sayangnya
saya datang agak siang setelah mengurus SKCK, dan loket pendaftaran rumah sakit
nya sudah tutup. Katanya loket pendaftaran hanya dibuka sampai jam 10 pagi.
Saya datang keesokan harinya dan mendaftar untuk semua surat keterangan yang
diperlukan sekaligus. Setelah mendaftar, saya datang ke laboratorium untuk
pengambilan sampel darah untuk test bebas narkoba. Kemudian setelah itu ke
tempat radiologi untuk foto rontgen paru-paru. Setelah itu menunggu agak lama
sampai hasil dari lab dan radiologi keluar. Kemudian membawa semua hasil itu ke
dokter bagian pelayanan umum untuk membuat surat keterangan sehat dan bebas
TBC.
Setelah semua persyaratan
tersebut tersedia, saya mulai mengisi formulir pendaftaran beasiswa LPDP secara
online. Ternyata ada satu lagi dokumen yang harus dibuat yaitu proposal
penelitian dengan format yang sudah ditentukan oleh LPDP. Untuk proposal
penelitian ini saya mengembangkan sendiri dari topik penelitian dan executive
summary yang sudah disetujui dengan professor pembimbing.
Sebenarnya ada satu lagi
persyaratan yaitu hasil test bahasa asing, tapi itu tidak berlaku jika kita
sudah memiliki LoA. Saya sudah pernah test TOEFL dan hasilnya memenuhi
persyaratan tetapi testnya sudah lama. Jadi saya masukan saja hasil test TOEFL
ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau diperlukan. Untuk lulusan universitas luar
negeri yang tidak menggunakan standar GPA 4.0, akan diminta untuk menghitung
ulang GPA nya dengan aplikasi converter yang disarankan oleh LPDP.
Setelah mengisi semua data yang
diperlukan dalam proses pendaftaran online beasiswa LPDP, kita akan diminta
menunggu pengumuman selanjutnya tentang siapa yang lolos seleksi administrasi.
Dalam masa ini saya mempersiapakan diri untuk tes seleksi selanjutnya jika
terpilih. Tes nya sendiri meliputi: menulis essay langsung di tempat,
leaderless group discussion (LGD), dan wawancara.
Untuk keperluan tersebut saya
browsing di internet tentang pengalaman orang-orang yang pernah mengikuti tahap
seleksi ini. Banyak sekali informasi yang tersedia mulai dari contoh
pertanyaannya, suasana tempat tes, dan tidak ketinggalan tips dan triks yang
harus dilakukan saat tes tersebut. Untuk menulis essay ditempat, saya
menyiapkan lima topik yang sedang hangat: calon independen di pilkada gubernur
Jakarta, reklamasi teluk Jakarta, kisruh sepakbola antara PSSI dan Kemenpora, korupsi
di mahkamah agung, dan peredaran narkoba yang dikendalikan dari lapas.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, sebuah
essay harus memiliki bagian pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Untuk
kelima topik itu saya membuat outline point-point yang dibahas. Harus
diperhitungkan pula bahwa menulis essay ditempat ini akan dilakukan selama 30
menit. Untuk itu diperlukan latihan langsung menulis untuk membiasakan diri
kita pada saatnya nanti. Kurang lebih essay ini akan terdiri dari 1 halaman A4
dengan besar tulisan yang standar.
Untuk LGD saya tidak memiliki
persiapan khusus tentang topik nya, hanya saja saya mencari informasi tentang
bagaimana cara yang sebenarnya. Berdasarkan informasi yang ada, sebaiknya kita
tidak mendominasi dan juga tidak terlalu pasif, harus bisa menghargai pendapat
orang lain serta memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bersuara.
Persiapan wawancara adalah yang
paling banyak menyita waktu. Berdasarkan informasi yang beredar, wawancara
memiliki bobot penilaian yang paling besar. Banyak cerita tentang pengalaman
wawancara dan begitu juga pertanyaan-pertanyaannya. Ada pertanyaan tentang
akademik, seni, bahasa asing, negara tujuan, maupun masalah keluarga. Saya
melakukan inventarisasi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan berusaha membuat
jawabannya jika memang nanti ditanyakan.
Setelah menunggu beberapa minggu,
akhirnya saya dapat pengumuman dinyatakan lolos seleksi administrasi dan
diundang untuk melakukan tes di kampus STAN, gedung Student Center di Bintaro -
Tangerang Selatan. Saya mendapatkan jadwal test selama 2 hari dengan hari
pertama untuk verifikasi dokumen, menulis essay, dan LGD serta hari kedua untuk
wawancara. Peserta juga diminta untuk mencetak kartu peserta dengan kualitas
yang bagus supaya barcode nya bisa di-scan dengan baik. Di kartu perserta itu
tertera jenis-jenis dokumen yang perlu dibawa untuk verifikasi.
Hari H untuk tes beasiswa LPDP
pun tiba. Jadwal hari pertama saya adalah verifikasi jam 10 pagi, essay jam 2
dan dilanjutkan dengan LGD. Saya memilih memakai baju batik untuk menunjukan
jati diri orang Indonesia. Karena lokasi tes yang agak jauh dari rumah, saya
naik taxi berangkat jam setengah tujuh. Sampai di sana, para peserta sudah
antri untuk absensi kehadiran. Absensi ini memaki scan barcode yang tertera di
kartu peserta, kalau tidak berfungsi karena cetakan barcode yang tidak bagus,
maka bisa memasukan nomor peserta yang tertera di kartu. Setelah absensi
selesai, kita tinggal menunggu antrian kegiatan masing-masing.
Sambil menunggu giliran
dipanggil, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan peserta lain. Sebagian besar
peserta mendaftar untuk beasiswa S2 dan banyak pula yang belum mempunya LoA.
Ternyata panitia beasiswa LPDP menyediakan snack untuk sarapan pagi bagi
peserta. Kita bisa menunggu di kursi di dalam tenda yang disediakan di depan
gedung tempat tes.
Saya dipanggil untuk verifikasi
dokumen setengah jam lebih awal dari jadwal yang tertera. Hal itu dikarenakan
banyak peserta lain yang verifikasinya diakhirkan karena bentrok dengan jadwal
wawancara, menulis essay atau LGD. Tempatnya di serambi gedung Student Center,
ada enam meja panitia dengan seorang panitia ditiap meja melakukan verifikasi
terhadap dokumen peserta. Setelah dicek kartu peserta, saya menyerahkan semua
dokumen yang tertera di kartu peserta untuk diverifikasi. Panitia menyatakan
document TOEFL saya sudah tidak berlaku, tetapi itu bisa dihilangkan karena
saya sudah memiliki LoA. Hanya satu dokumen yaitu surat pernyataan tidak akan
menerima beasiswa dari sumber lain yang diambil oleh panitia. Verifikasinya
berlangsung lancar dan cepat kurang lebih 15 menit karena semua dokumen sudah
tersedia dan lengkap.
Saya memiliki jeda yang cukup
lama antar jadwal verifikasi dokumen dengan jadwal menulis essay. Untuk
menunggu ini saya sempat jalan-jalan mengitari kampus STAN, terus makan siang
di kantin, dan shalat dhuhur di mesjid yang berada di perkampungan di belakang
kampus STAN. Jalan menuju masjid ini ada di samping kantin dan banyak warung
makan dan fotocopy di sepanjang gang nya. Saya perkirakan banyak mahasiswa STAN
yang tinggal di kos-kosan di dalam perkampungan itu.
Waktu untuk menulis essay di
tempat pun tiba. Kelompok yang bersamaan waktunya terdiri dari 5 group dengan
masing-masing group 10 orang. Sebelumnya kami diabsen dulu di selasar sebelah
barat aula. Dalam group saya, 2 orang tidak hadir, mungkin berhalangan atau
tidak berniat lagi mengikuti seleksi. Kemudian kami naik ke lantai dua tempat
kegiatan menulis essay berlangsung. Masing-masing group di absen kembali
sebelum masuk ruangan, dimulai dengan group yang sudah lengkap terlebih dahulu.
Group saya kebagian masuk terakhir karena dua orang tidak hadir.
Setiap orang diminta untuk
membawa papan krani untuk bantalan menulis. Di dalam ruangan sudah disediakan
lembar soal dan jawaban untuk menulis essay. Sebelum mulai, petugas menjelaskan
terlebih dahulu peraturannya. Waktunya 30 menit, dilarang menyoret-nyoret
lembar soal, soalnya ada 2 dan boleh dipilih salah satu. Topik essay yang
tersedia adalah: dampak negative reklamasi pantai jika tidak berdasarkan AMDAL
dan penanganan urban worker. Saya memilih topik pertama karena sudah persiapan
dengan tema itu meskipun tidak identik sama. Essay ini menggunakan Bahasa Inggris
dan saya bisa selesai dalam waktu 25 menit. Setelah selesai, lembar jawaban dan
soal ditinggal di meja dan peserta dipersilahkan untuk menuju ruangan
berikutnya untuk LGD.
Sesama anggota group, kami sudah
sepakat siapa yang akan memulai dan siapa yang akan jadi notulen untuk LGD.
Waktu memasuki ruangan LGD, ada 2 orang petugas yang akan mengawasi jalan nya
LGD. Terlebih dahulu mereka menjelaskan aturannya dan menyusun tempat duduk
peserta serta disediakan satu lembar artikel tentang masalah yang akan dibahas
dan satu lembar kertas untuk corat-coret. Materi yang dibahas di LGD kami
adalah tentang pembunuhan dosen oleh mahasiswanya di sebuah universitas di
Sumatera Utara. LGD berlangsung selama 30 menit.
Dalam diskusi itu saya mengajukan
pendapat sebanyak 2 kali dari sudut pandang seorang dosen dalam memahami
masalah ini. Pertama bahwa setiap mahasiswa itu unik dan cara penangannya harus
disesuaikan dengan karakter setiap mahasiswa terutama yang memiliki sifat
ekstrim dan spesial. Yang kedua saya mengutarakan pendapat bahwa dalam hubungan
dosen dengan mahasiswa jika di dalam kelas seperti bapak dan anak, tetapi di
luar kelas bisa seperti kakak dan adik untuk menumbuhkan rasa kedekatan dan
saling percaya. Peserta lain berpendapat berbeda-beda, ada yang dari sudut
keamanan, sudut lingkungan masyarakat, maupun dari sudut mahasiswa sendiri.
Setelah acara ini selesai, group
kami saling bertukar no telpon untuk bisa saling menghubungi setelah acara tes
ini selesai. Saya pulang bersama salah satu peserta lain yang kebetulan dalam
arah yang sama naik KRL ke arah Jakarta. Dari depan kampus STAN bisa naik
angkutan kota yang jurusan stasiun KRL dengan ongkos 4000 rupiah per-orang.
Dari penghentian angkutan kota ke stasiun KRL harus berjalan kaki kurang lebih
5 menit. Hari pertama tes saya pun berakhir.
Hari kedua tes saya adalah jadwal
wawancara pada jam 8:45. Seperti hari sebelumnya, begitu sampai di lokasi tes,
saya melakukan absensi terlebih dahulu. Setelah itu bersiap-siap menunggu
giliran wawancara. Saya masuk di group 14 antrian kedua. Saya membawa semua
dokumen yang kemarin sudah diverifikasi jika diperlukan lagi selama wawancara.
Giliran saya pun tiba, jam 8:30 saya dipanggil masuk ruangan wawancara. Begitu
masuk kita menghubungi meja panitia terlebih dahulu dengan memberikan kartu
peserta untuk diberitahu posisi meja pewawancara.
Meja pewawancara saya ditunjukkan
tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Di situ sudah ada 3 orang pewawancara
terdiri dari seorang ibu-ibu dan dua orang bapak-bapak. Begitu sampai, saya
menyapa dan memberi salam serta menyalami ketiga nya. Saya dipersilahkan duduk,
dan kami pun berkenalan nama masing-masing. Saya lupa lagi nama ketiganya,
tetapi yang ibu-ibu itu seorang psikolog, yang duduk ditengah adalah ketua
pewawancara lulusan S3 dari Groeningen Belanda, dan satu lagi adalah anggota
team pewawancara. Sebelum mulai saya diberi kesempatan untuk bertanya terlebih
dahulu, tetapi saya tidak mengajukan pertanyaan karena memang tidak menyiapkan
untuk bertanya.
Ketua pewawancara pun membuka
acara wawancara dan meminta izin untuk merekam suara semua percakapan
wawancara. Pertama saya diminta memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris.
Setelah itu ditanya tentang topik penelitian dan penjelasannya. Terus ada lagi
pertanyaan tentang apakah mungkin penelitian itu dilakukan di dalam negeri
dengan ahli dari Indonesia. Saya jawab sebenarnya memungkinkan saja, tetapi
saya tidak yakin ada ahlinya dan kerjasama bisa dijalin dengan industri
terkait. Pertanyaan selanjutnya, apakah penelitian tersebut bisa diterapkan di
Indonesia. Saya menjawab sangat diharapkan bahwa hasil penelitian ini bisa
diimplementasikan di dunia penerbangan Indonesia sehingga manfaatnya bisa
dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tetapi hal ini memerlukan kerjasama yang
erat dari berbagai stake holder dunia penerbangan Indonesia.
Pertanyaan
selanjutnya, apakah rencana kalau tidak mendapatkan beasiswa LPDP. Saya jawab
akan mengajukan beasiswa lain atau mengambil S3 di dalam negeri dengan biaya
sendiri. Pewawancara mengatakan bahwa untuk dosen ada beasiswa khusus yang
namanya BUDI dari Kemenristekdikti. Psikolog menanyakan tentang apakah keluarga
menyetujui ikut serta. Saya jawab bahwa istri dan anak saya tidak masalah untuk
ikut saya karena istri saya tidak bekerja dan anak saya masih kecil. Terus
psikolog mengkonfirmasi tentang bunyi LoA saya yang mengatakan bahwa saya
mendapat pembebasan tuition fee. Saya bilang seperti itu, saya hanya memerlukan
beasiswa untuk biaya hidup dan tranportasi selama pendidikan S3.
Setelah itu wawancara pun
berakhir, ketua pewawancara mengucapkan selamat, semoga berhasil dan “jangan
lupa ingat kami kalau sudah menjadi direktur”, begitu ucapnya. Saya pun
membalas dengan mengucapkan terima kasih dan semoga kata penutup itu menjadi
sinyal positif untuk keberhasilan saya. Kemudian saya pun menyalami mereka
semua dan pamit setelah sebelumnya membereskan map dokumen yang saya bawa
tetapi tidak disentuh sedikitpun.
Saya merasa proses wawancara
berjalan lancar dalam suasana santai. Mungkin kebetulan para pewawancara saya
bersikap seperti itu. Selain itu semua pertanyaan wawancara saya kira sangat
wajar dan tidak ada yang aneh-aneh jika dibandingkan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diceritakan orang lain. Apakah karena saya sudah
pernah belajar dan tinggal di luar negeri, atau karena ini untuk beasiswa S3.
Tapi sebenarnya tidak ada salahnya kalau kita mempersiapkan diri untuk hal-hal
yang tersulit.
Kemudian saya menuju ke meja
panitia untuk mengambil kembali kartu peserta saya dan kemudian menuju pintu
keluar ruangan aula. Di luar ruangan, teman-teman se-group menulis essay dan
LGD saya sudah pada datang. Kami saling menyapa dan menanyakan bagaimana
wawancaranya serta saling mendo’akan semoga sukses. Tes seleksi beasiswa LPDP
saya pun berakhir dan tinggal menunggu hasilnya.
Hari pengumuman pun tiba Jumat 10
Juni 2016. Sejak malam sebelumnya, saya sudah memonitor email yang masuk.
Berharap pengumuman itu datang lebih awal seperti waktu pengumuman seleksi
administrasi. Tetapi sampai siang hari pun masih belum ada email dari LPDP.
Orang tua saya sempat nelpon menanyakan bagimana hasil pengumumannya. Tetapi
saat itu memang belum ada pengumuman. Kebetulan saat itu adalah bulan Ramadhan,
setelah shalat ashar saya mengecek email lagi di computer dan email yang
ditunggu pun sudah masuk. Dengan agak ragu-ragu saya pun membuka membuka email
tersebut disertai dengan harapan dan kecemasan. Setelah dibaca isinya
terpampang tulisan LULUS.
Alhamdulillah, saya sekeluarga
bersyukur sudah berhasil melewati tahapan seleksi beasiswa LPDP ini. Kemudaiian
saya pun menelpon orang tua untuk mengabari kabar gembira ini. Waktu menunggu
buka puasa sambil menemani anak saya menonton film anak Adit dan Jarwo, episodenya
ketemu Prof. Habibie idola saya dan bercerita tentang pesawat terbang. Semoga
ini jadi pertanda saya supaya bisa berkontribus terhadap dunia
penerbangan di Indonesia yang lebih baik! Amin..
-o0o-
Monday, October 10, 2016
Persiapan Keberangkatan PK-80 “Pranawa Cita” Beasiswa LPDP
Tulisan saya ini
akan bercerita tentang kegiatan PK-80 yang saya ikuti. Mungkin rekan-rekan
awardee LPDP lain mengalami hal yang sama ataupun berbeda dari yang saya alami.
Saya harapkan tulisan ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana itu PK
untuk awardee LPDP yang belum melaksanakan PK danjuga sebagai kenangan bagi
rekan-rekan di PK-80. Saya akan membagi tulisan ini dalam 3 bagian: pra PK,
saat PK dan pasca PK.
Peserta PK-80 |
Pra PK
Saya adalah salah satu awardee
penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pemerintah
Indonesia batch 2 tahun 2016. Saya akan berangakat melanjutkan studi doktoral
di TU Delft Belanda untuk bidang teknik penerbangan dengan spesialisasi
transportasi udara. Sebelum saya berangkat ke Belanda ada beberapa tahapan
kegiatan yang harus dilakukan diantaranya adalah mengikuti kegiatan Persiapan
Keberangkatan (PK).
Saat saya mendapatkan pengumuman
lolos sebagai awardee beasiswa LPDP, diberitahukan bahwa setiap awardee wajib
untuk mengikuti kegiatan PK. Kegiatan PK ini berupa pembekalan materi dan
pengkondisian untuk awardee sebelum berangkat menempuh studi nya masing-masing.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya saya diberitahukan mengikuti PK di
angkatan ke-80 (PK-80) yang akan dilaksanakan di sekitar awal bulan Oktober
2016.
Pada awalnya PK-80 ini
dikhususkan sebagai PK tanpa tugas. Kenapa dinamakan demikian? Katanya angkatan
ini dikhususkan untuk para awardee yang sudah tergolong senior dan memiliki
kesibukan bekerja sehingga tidak akan dibebani dengan tugas-tugas pra maupun
selama PK. Tetapi pada akhirnya konsep PK tanpa tugas ini pun dirubah menjadi
PK seperti biasa dengan merubah susunan anggotanya. Ada beberapa awardee yang
dipindah ke PK yang lebih awal maupun ke PK yang lebih akhir. Saya termasuk
salah satu yang tetap berada di PK-80.
Kegiatan untuk persiapan PK
(pra-PK) dimulai di awal bulan September dengan pemilihan ketua dan perwakilan
pra-PK. Prosesnya berawal dengan pencalonan bagi yang berminat dan bersedia,
kemudian anggota lain memilih secara online. Pengurus ini berfungsi sebagai
jembatan penghubung antara anggota kelompok PK dengan Person in Charge
(PIC-PK).
Setelah itu dilanjutkan dengan
proses pengisian database informasi semua anggota PK, penentuan nama, logo,
serta maskot PK-80. Setelah lewat proses usulan dan pemilihan, terpilihlah nama
angkatan: “Pranawa Cita”. Frase Pranawa Cita memiliki filosofi sebagai hati
yang terang, baik dalam pikiran, hati dan tujuan. Diharapkan anggota PK-80
mampu menjadi pembawa cahaya (pelita) untuk harapan orang-orang disekitarnya.
Logo PK-80 |
Sedangkan untuk maskotnya
terpilihlah “Cita” berupa seekor burung kolibri yang memiliki jiwa pelindung,
fleksibilitas, keberanian, kebahagiaan, dan pemersatu. Cita ini digambarkan
dengan kostum batik yang merupakan salah satu budaya Indonesia yang bisa
menjadi penyambung antar budaya. Cita ini berwarna seperti api dengan membawa
obor di sayap kanannya. Hal ini sebagai sumber cahaya yang memberikan
kehangatan dan kenyamanan.
Selain tugas-tugas tersebut, PK-80 juga berinisiatif untuk membuat kaos polo angkatan yang berwarna merah maroon dengan logo angkatan di dada kiri dan bendera merah putih di lengan kanan serta tulisan LPDP di bagian belakang. Bahkan beberapa anggota PK-80 berkolaborasi untuk meciptakan sebuah lagu angkatan dengan judul yang sama seperti nama angkatan PK-80 Pranawa Cita.
Selain itu ada juga tugas untuk
membuat CV versi mini dan panjang. Di situ disebutkan posisi kita sekarang dan
juga prestasi-prestasi yang pernah diraih. Sebelum PK berlangsung terlebih
dahulu diberitahukan tentang tata tertib dan aturan selama kegiatan PK. Kalau
dilihat dari isinya terasa sangat ketat aturan dan sanksinya. Hal ini membuat
kami sebagai calon peserta memiliki kesan kurang positif.
Untuk pengorganisasian selama
kegiatan PK, dibentuklah kelompok-kelompok kecil terdiri dari 20-an anggota
dengan nama kelompok: Abipraya, Acitya, Andamar, Aruna, Aguna, dan Awignya.
Selain itu dibentuk juga kepanitiaan dengan bidang-bidang seperti: sekretariat,
keuangan, logistik, acara opening, acara closing, dokumentasi, dan pengisi
acara by you for you.
Saat PK
Waktu kegiatan PK pun akhirnya
ditetapkan tanggal 3-7 Oktober 2016 selama 5 hari dengan peserta sebanyak 128
orang. Ketua dan perwakilan PK-80 mengusulkan untuk semua anggota PK-80 supaya
berkumpul lebih awal dari jadwal PK dengan pilihan di H-4 atau H-2. Acara ini
untuk mempersiapkan pengkondisian acara PK dan juga menghindari adanya
keterlambatan kehadiran. Untuk berbagai persiapan kegiatan PK ini, setiap
anggota menyumbang dana sebesar 250 ribu rupiah. Selain itu untuk pembelian
kaos angkatan sebesar 60 ribu rupiah untuk kaos lengan pendek atau 70 ribu
rupiah untuk kaos lengan panjang.
Saya datang di H-2
hari Sabtu ke basecamp PK-80 di Gang Bay Residence tidak jauh dengan lokasi PK
di Wisma Hijau, Depok. Di sana kita saling berkenalan sambil mempersiapkan
tugas panitia dan tugas kelompok. Saya tergabung dalam panitia bidang
dokumentasi untuk mempersiapkan video pembukaan acara PK-80 dan kelompok
Awignya untuk mempersiapkan persembahan acara battle of creativity. Kami
diminta untuk menghapal visi, misi, lambang LPDP, susunan direktur LPDP, mars
LPDP, dan lagu angkatan PK-80.
Keseruan Persiapan PK-80 |
Akomodasi sebelum acara PK
berlangsung, ditanggung oleh masing-masing peserta PK. Tarif bermalam di Gang
Bay Residence sebesar antara 250-300 ribu rupiah untuk satu kamar yang bisa
diisi 2 atau 3 orang. Sedangkan pada malam sebelum PK kami berpindah ke Wisma
Hijau dengan tarip 150 ribu rupiah per-orang.
Pada H-1, pagi hari ada undangan
bermain futsal bersama PIC PK dan juga PK angkatan lain di 4D futsal. Acara ini
hanya diikuti oleh anggota yang berminat main futsal dan berlangsung dari jam 7
sampai dengan jam 9. Selanjutnya kami
berpindah ke Wisma Hijau pada jam 12:30 dengan koordinasi masing-masing
kelompok. Kelompok Awignya berhasil pindah ke Wisma Hijau dengan menggunakan 2
mobil uber dan 3 gojek.
Setelah di Wisma Hijau, kami
mendapatkan alokasi tempat tinggal dengan komposisi 3 orang per kamar. Saya
kebagian di bungalow Anyelir 3 bersama Daeng Sahrul dari Makasar dan Bang Iful
dari Jakarta. Bungalow ini memiliki ruang tengah, 4 kamar yang tiap kamarnya diisi
oleh 3 orang, dan 2 kamar mandi. Posisi bungalow yang saya tempati berada di
samping aula yang akan digunakan selama kegiatan PK.
Pada malam sebelum dimulai
kegiatan PK, semua anggota PK-80 berkumpul di aula untuk melakukan gladi kotor
acara opening PK. Saat itu dilakukan pengecekan terhadap seluruh rangkaian
acara saat pembukaan nanti yang meliputi: MC, tarian penyambutan, penekanan
tombol pembukaan PK, lagu Indonesia Raya, lagu Mars LPDP, lagu angkatan,
yel-yel angkatan, dan drama musical. Gladi kotor ini berlangsung sampai sekitar
jam 12 malam.
Hari Pertama PK
Hari pertama PK dengan dress code
kaos polo putih, celana jeans, dan sepatu kets. Di hari itu sarapan paginya
sudah disediakan mulai jam 5:30 di ruangan makan dengan menu nasi goreng. Sedangkan
kegiatan utmama PK dimulai jam 07:00 dengan sepuluh menit sebelumnya
diperdengarkan class call dengan memutarkan lagu Selamat Pagi dari penyanyi
Ran. Sebelum acara utama dimulai, diperdengarkan terlebih dahulu lagu tentang
guru dan dilanjutkan dengan icebreaking berupa joget dangdut dengan beberapa
lagu seperti: bang jali dan kopi dangdut.
Acara utama PK di hari pertama
ini berupa penjelasan tentang selayang pandang PK oleh PIC PK Pak Mohammad
Kamiluddin. Beliau memberikan pengarahan tentang data pribadinya dan pengalaman
beliau pada saat masih mahasiswa dan kemudian bekerja di LPDP. Setelah itu
menjelaskan kegiatan PK, tugas-tugasnya, para alumni PK sebelum PK-80 yang
menonjol dan para personnel PIC PK.
Beliau menyelingi dengan cerita
pribadinya saat awal bertemu kemudian melamar istri beliau. Kemudian beliau
bercerita tentang cinta lokasi antar para awardee PK dan cerita sukses mereka
sampai ke jenjang pernikahan. Hal ini tentu akan sangat meng-inspirasi untuk
para awardee yang masih single dan available. Acara ini juga dihadiri oleh
beberapa perwakilan angkatan PK yang belum melaksanakan PK untuk memberikan gambaran
kepada mereka tentang kegiatan PK.
Kelompok Awignya |
Peserta PK-80 terpilih mendapatkan kaos LPDP |
Setelah sesi pertama sampai jam
12 siang, dilanjutkan dengan makan siang nasi kotak dan istirahat untuk shalat
dhuhur sampai sekitar jam 1 siang. Sesi kedua pun masih berlanjut tentang
materi pengenalan terhadap PK sampai sekitar jam 5 sore yang diselingi dengan
coffebreak selama setengah jam di sekitar jam 3 untuk shalat ashar dan makan
cemilan. Saat calling call sesi kedua ini kami mulai diberikan stiker smiley
kecil untuk penanda kehadiran di setiap sesi PK yang harus ditempel di daftar
nama group masing-masing.
Pada saat mulai sesi kedua ini,
PIC PK mengatakan bahwa ada selebaran isu di social media berkaitan dengan
guyonan yang beliau sampaikan di acara PK ini. Mungkin beberapa orang salah
menanggapi guyonan tersebut terutama yang menyangkut isu kesukuan dan gender.
Tetapi bagi kami yang mengikuti acara tersebut secara penuh tidak memiliki
pandangan negatif terhadap hal tersebut karena kami memahami itu hanya lah
guyonan untuk menghangatkan suasana.
Salah satu kegiatan dalam sesi
ini adalah permainan kuis kelompok secara online menggunakan website www.kahoot.it. Melalui website ini, tiap
kelompok yang diwakili perwakilannya melakukan permainan dengan memilih jawaban
seputar informasi anggota angkatan dalam PK-80. Siapa yang menjawab benar dan
paling cepat akan mendapatkan nilai yang tertinggi.
Setelah sesi istirahat sore dan
makan malam, kegiatan PK dilanjutkan sekitar jam 7 malam dengan acara gladi
bersih acara opening PK. Ternyata acara opening PK itu tidak selalu
dilaksanakan di hari pertama, karena menyesuaikan dengan jadwal para Direktur
LPDP yang tersedia untuk hadir di acara PK. Menurut jadwal, untuk acara opening
PK-80 akan dilaksanakan pada sesi pagi di hari kedua. Gladi bersih ini
berlangsung cukup lama sampai sekitar jam 11 malam.
Sebelum istirahat, kami disuguhi
dengan test tulis PK selama 1 jam yang berisi materi-materi yang harus kami
hapal seperti visi, misi, mars, lambang LPDP, dan ikrar penerima beasiwa LPDP.
Selain itu ada test angkatan yang berupa mencocokkan fakta/prestasi yang
dimiliki oleh awardee PK-80 dengan nama-nama awardee PK-80 yang memiliki
fakta/prestasi tersebut. Data ini berasal dari mini CV yang kami kumpulkan
sebelum PK dimulai.
Hari Kedua PK
Kegiatan hari kedua dimulai
dengan integrity sport pada jam 5 pagi. Mengingat ketersediaan kamar mandi di
bungalow yang saya tempati, beberapa awardee PK termasuk saya berinisiatif
untuk bangun lebih awal dan mandi sebelum acara integrity sport. Integrity
sport hari kedua ini berupa senam yang dilanjutkan dengan beberapa permainan
sampai jam 7 pagi.
Sesi istirahat dan makan pagi di
hari kedua berlangsung sampai jam 8 pagi. Ternyata dalam 1 jam ini masih cukup
waktu untuk makan pagi dan mandi meskipun tadinya kami berpikir ketersediaan
kamar mandi terlalu minim. Akhirnya di hari-hari selanjutnya, kami tidak perlu
lagi mandi sebelum acara integrity sport, tetapi setelah nya saja.
Jadwal Kegiatan PK-80 |
Kegiatan sesi pagi hari kedua
tidak jadi diisi dengan acara opening PK, karena Direktur LPDP yang akan
membuka acara berhalangan hadir dan dipindah ke sesi sore hari. Sesi kali ini
pun dimulai dengan icebreaking berupa joget “Mori-mori”. Video Mori-mori yang
ditayangkan dari Youtube ini berupa lagu anak-anak Jepang dengan koreografi 2
anak kecil laki-laki dan perempuan yang sangat lucu. Kami pun berusaha
mengikuti setiap kegiatan yang ditampilkan. Dress code hari kedua adalah kemeja
putih lengan panjang, celana kain hitam, dan sepatu pentofel.
Setelah icebreaking ini
dilanjutkan dengan menonton film india berjudul “Every Child is Special” dengan
pemeran utama Amir Khan. Film ini mengisahkan tentang seorang anak yang
mengidap disleksia yaitu syndrome yang menyebabkan kesulitan dalam membaca
huruf dan angka. Anak ini mengalami bullying dari teman-teman dan gurunya serta
ditambah lagi dengan orang tuanya yang tidak memahami syndrome tersebut.
Karena ketidakpahamanya, si orang
tua mengirimkan sang anak ke sekolah yang berasrama di kota lain dengan maksud
untuk mendidiknya supaya lebih berdisiplin. Sayangnya si anak merasa semakin
dikucilkan dan semakin tertekan. Beruntung ada guru baru di sekolah tersebut
yang mengajar seni lukis mampu mengenali kelainan pada anak tersebut. Si guru
tersebut sempat mengunjungi orang tua si anak tersebut dan berusaha untuk
memberikan pemahaman tentang kondisi si anak. Pada saat itu si orang tua tidak
bisa menerima penjelasan tersebut, tetapi si guru bisa mendapatkan informasi
tentang kelebihan si anak dalam hal melukis.
Singkat cerita, si guru ini
bercerita di kelas si anak ini tentang orang-orang yang mengalami kesulitan
dalam hal membaca angka dan huruf tetapi menjadi orang hebat seperti Albert
Einstein, Leonardo da Vinci, dan lainnya. Kemudian si guru mengatakan bahwa dia
pun termasuk salah satu yang pernah mengalami kelainan tersebut. Hal ini
membuat si anak merasa punya teman yang bernasib sama.
Setelah beberapa waktu, si guru
berhasil meyakinkan pihak sekolah untuk memberikan perhatian khusus untuk anak
tersebut. Caranya adalah dengan meluangkan waktu tambahan untuk mengajarkan
pelajaran secara lisan sambil secara perlahan membantu kekurangannya dalam hal
membaca dan menulis.
Pada akhir cerita si guru ini
mengadakan acara lomba menulis yang diakan pihak sekolah untuk umum termasuk semua
murid dan guru di sekolah tersebut. Juara lomba ini adalah lukisan pemandangan
kolam yang berada di sekolah tersebut dengan sangat detail yang dibuat oleh si
anak pengidap disleksia tersebut.
Akhirnya si orang tua anak
tersebut datang ke sekolah untuk menjemput anaknya untuk liburan sekolah.
Mereka mendapati anak mereka menjadi anak yang berprestasi dan memahami
kekeliruan mereka selama ini. Ending filmnya adalah adegan saat si anak berlari
keluar dari mobil orang tua yang menjemputnya dan menghampiri si guru yang
kemudian si guru mengangkat si murid tinggi-tinggi yang bisa diartikan bahwa si
anak bisa berprestasi tinggi meskipun memiliki kekurangan berkat bantuan
orang-orang di sekitarnya yang memahami keadaaannya.
Sesi siang hari kedua
dilaksanakan setelah istirahat dan makan siang pada jam 12:30 yang diisi oleh
pembicara bapak Prof. Dr. Alwi Abdurrahman Shihab, Menteri Luar Negeri Indonesia
periode 1999-2001 saat kepemimpinan presiden Aburrahman Wahid. Topik yang
dibahas adalah “Aku pergi untuk kembali” yang menceritakan perjalanan hidup
beliau dari kecil sampai mencapai puncak karir sebagai menteri luar negeri
Indonesia.
Setiap sesi pemateri selalu
dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars LPDP, kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan Ikrar penerima beasiswa LPDP. Setelah itu pemateri
akan naik ke panggung dengan diiringi musik instrumental berjudul Viva La Vida
dari Coldplay.
Prof. Alwi Shihab lahir di
Makasar tahun 1946 dan menempuh pendidikan pesantren di Malang bersama sang
kakak Quraish Shihab. Pada usia 13 tahun, beliau berdua bersama beberapa
putra-putri Indonesia lain berangkat ke Mesir untuk memperdalam ilmu. Ayah
beliau berpesan bahwa jangan pulang sebelum meraih gelar doktor. Saat pulang ke
tanah air dari Mesir beberapa tahun kemudian, beliau belum bergelar doktor
karena ada hal yang menghalanginya meraih hal tersebut. Tetapi dengan kerja
keras dan usaha maksimal gelar itu akhirnya beliau raih beberapa tahun
kemudian.
Saat di Amerika setelah
menyelesaikan program doktoral dan mengajar di Harvard University, beliau
diminta oleh Gus Dur yang saat itu menjadi presiden Indonesia untuk kembali ke
tanah air dan menjabat sebagai menteri luar negeri.
Pak Alwi Shihab berpesan kepada
kami:
-
“Hidup harus memiliki planning, jangan seperti
laying-layang yang hanya mengikuti angin”
-
“Setelah planning, niat harus tulus supaya ujungnya
sampai kepada tujuan dan menjadi orang yang bermanfaat”
-
“Tidak seorang pun luput dari kendala, tapi
tekad untuk mencapai tujuan jangan tergoda oleh hal lain”
-
“Yang menentukan sukses atau gagal adalah diri
kita sendiri”
Sesi selanjutnya mengambil topik
“Program LPDP Untuk Indonesia” dilakukan setelah cofeebreak sore. Acara dimulai
pada jam 15:45 dengan pembicara Bapak Sofwan Effendi, Direktur Dana
Rehabilitasi Pendidikan LPDP. Beliau menyatakan bahwa dengan mengambil
pelajaran dari berbagai program beasiswa dari pemerintah sebelumnya yang selalu
mengalami keterlambatan pembayaran, maka LPDP dibuat dengan berlandaskan skema
yang tidak bergantung kepada siklus APBN. Selain itu LPDP ditugaskan untuk
menyiapkan pemimpin Indonesia di 2030 dan ditargetkan pada tahun tersebut LPDP
sudah menghasilkan 60 ribu doktor dengan 10% nya berprofesi sebagai scientist.
Selain memberikan beasiswa
pendidikan, LPDP juga memberikan dana untuk riset melalui program RISPRO.
Program ini bertujuan untuk mendorong riset yang bisa diimplementasikan menjadi
produk yang berkolaborasi dengan dunia industri. Satu proposal RISPRO bisa
didanai sampai 2 Milyar rupiah dengan 10% nya didanai dari partner industri
yang melakukan penelitian. Bahkan program ini bisa dibuat multi-year sampai
maksimum 3 tahun.
Yang ketiga, LPDP bisa mendanai
rehabiitasi fasilitas pendidikan yang rusak disebabkan oleh bencana alam atau
lainnya. Hal ini bisa dilakukan jika kementrian terkait tidak bisa mengeluarkan
dananya dikarenakan birokrasi anggaran, sedangkan kebutuhan fasilitas
pendidikan tidak bisa menunggu.
Pembicara ketiga pada hari kedua
ini adalah Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh. Beliau adalah Menteri Pendidikan
Nasional tahun 2009-2014. Saat kepemimpinan beliau lah LPDP ini dibentuk. Jadi
beliau adalah salah satu founding father LPDP bersama Ibu Sri Mulyani yang
menjadi Menteri Keuangan saat itu dan saat ini juga. Sesi ini dimulai pada jam
7 malam dan berakhir jam 10 malam.
Beliau adalah lulusan teknik
elektro ITS dan S2 sampai S3 nya di Prancis. Beliau pernah menjadi Direktur
Politeknik Elektronik Nasional Surabaya dan kemudian menjadi Rektor ITS termuda
pada usia 42 tahun. Sebelum menjadi Menteri Pendidikan Nasional, beliau
menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Kebudayaan.
Sebelum beliau naik panggung, peserta
PK-80 menyanyikan terlebih dahulu lagu angkatan Pranawa Cita. Dari lagu ini
Prof. Nuh memberikan komentar tentang lirik yang berbunyi “Pranawa Cita
terbanglah ke ujung dunia, banggakan Indonesia”. Beliau mengarisbawahi perbedaan
antara kata “cinta” dan “bangga”. Menurut beliau “cinta” itu timbul dari rasa
memiliki (ownership), sedangkan “bangga” itu muncul karena adanya prestasi.
Di awal sesi beliau memutarkan
sebuah video klip dari Fatin yang berjudul Aku Memilih Setia. Beliau menegaskan
bahwa awardee LPDP harus setia kepada bangsa dan negara Indonesia, meskipun
suatu saat mendapat tawaran yang mengiurkan dari negara lain. Beliau menyatakan
bahwa LPDP adalah pemberi beasiswa terbaik di dunia saat ini.
Beliau memberikan analogi sebuah
persegi panjang yang memiliki ukuran sisi 4 dan 6 cm, dan bertanya berapa
kelilingnya. Sebagian kelompok PK-80 menjawab 20 cm, tapi sebagian 24 cm
(mungkin baru bangun dari kantuknya). Dengan panjang seperti itu berapa luas
yang bisa dihasilkan? Jawabannya adalah bermacam-macam, tergantung berapa
ukuran tiap sisi yang akan kita buat. Yang terluas adalah 25 cm2 kalau ukuran
sisinya adalah 5 cm dan 5 cm. Sedangkan ukuran lain bisa menghasilkan luas yang
lebih sedikit. Hal ini bisa dianalogikan dengan waktu yang kita miliki selama
sehari semalam sebanyak 24 jam. Hasilnya adalah tergantung bagaimana kita
menggunakan waktu tersebut. Ada orang yang sukses luar biasa, ada juga yang
biasa saja, atau bahkan ada yang tidak mendapatkan apa-apa.
Berdasarkan analisa beliau, masa
yang akan datang setelah masa information technology seperti sekarang ini
adalah age of pervasive technology. Dimana saat itu, semua peralatan akan
saling terhubung dan memiliki intelegensi masing-masing untuk membantu
aktifitas manusia menjadi lebih baik dan optimum. Untuk mempersiapkan hal
tersebut, diperlukan kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat yang bisa
diasah melalui:
-
High order thinking
-
Creative
-
Intuitive sharpness
-
Decision support system
Beliau menambahkan bahwa pada
tahun 2020, angkatan kerja akan didominasi oleh generasi Y and Z dimana mereka
ini memiliki ciri khusus yaitu saling terhubung (connected) dan bergerak
(mobile). Saat itu kehidupan manusia akan
selalu berada di antara dinding kompetisi dan kooperasi yang berarti kerjasama dalam
kebaikan dan kompetisi dalam prestasi. Daya saing antar manusia akan ditentukan
oleh keutuhan kompetensi berupa: sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
LPDP dibentuk untuk mempersiapkan
generasi emas Indonesia untuk Indonesia Emas 2045 (100 tahun kemerdekaan Indonesia).
Bonus demografi yang terjadi di tahun 2005-2035 memerlukan human investasi yang
salah satunya adalah dana pendidikan lintas generasi. Dimulai dari tahun 2012
dengan penyisihan 1,5-2% dari anggaran pendidikan, diharapkan pada tahun 2030
sudah terkumpul 100 Trilyun rupiah yang dialokasikan sebagai dana abadi
pendidikan. Ketika saat itu tercapai, Prof. Nuh optimis sambil berkelakar
“kucing pun kita sekolahkan!”
Lewat LPDP ini, ada perubahan
besar dalam diplomasi Indonesia dengan negara lain. Kalau biasanya
Menristekdikti akan selalu bertanya kepada negara lain apakah ada beasiswa yang
bisa dialokasikan untuk putra-purtri Indonesia. Sekarang, pertanyaannya adalah
apakah universitas terbaik di negeri anda? Kami akan menyekolahkan putra-putri
terbaik Indonesia di sana dengan biaya kami sendiri.
Prof. Nuh berpesan kepada kami:
-
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”
-
“Jangan takut banyak anak, karena negara
memerlukan generasi muda yang TOP dan banyak”
-
“Jadikan kecerdasan dan kemuliaan dalam
pembiasaan”
-
“Biasakan mendahulukan yang substantif”
-
“Perbanyak sahabat, karena mereka akan menjadi
bagian dari kesuksesan kita”
-
“Jadilah seperti processor, meskipun ukurannya
kecil, computer tidak ada artinya tanpa dia”
-
“Berbaktilah pada orang tua, gemar bersedekah, shalat
malam dan bershalawat” bagi yang muslim
Setelah selesai sesi
malam ini, saya bersama beberapa teman kelompok Awignya bertugas membuat
laporan tentang sesi pencerahan dari Prof. M. Nuh. Selain dari informasi yang
didapatkan di kelas, kami juga menambahkan beberapa informasi yang tersedia
tentang beliau di internet dalam laporan kami. Setelah selesai dan mengirimkan
dokumen laporan ini, kami pun beristirahat di kamar masing-masing.
Hari Ketiga PK
Seperti hari sebelumnya, hari
ketiga ini dimulai dengan acara integrity sport pada jam 5 pagi. Setelah semua
berkumpul di aula, dimulailah test menjawab soal-soal seputar LPDP. Meskipun
soalnya tetap sama dengan test sebelumnya, tetap aja ada beberapa hal yang
masih sulit diingat. Test ini berlangsung selama 30 menit yang dilanjutkan
dengan acara kuis menggunakan aplikasi website www.kahoot.it.
Ternyata integrity sport hari itu tidak benar-benar olahraga. Kami pun
melanjutkan dengan kegiatan sarapan dan mandi pagi. Dress code hari ketiga
adalah kemeja biru muda lengan panjang, celana panjang kain hitam, dan sepatu
pentofel.
Foto bersama tiap kelompok dalam PK-80 |
Sesi materi pertama pagi itu
dimulai jam 07:30 dengan pemateri Bapak Yudi Latif, PhD dengan materi tentang
kewarganegaraan dan nasionalisme. Beliau ini lahir di Sukabumi 26 Agustus 1964
dan pernah masuk pesantren di Gontor. Beliau adalah pengarang buku Negara
Paripurna dan Revolusi Pancasila. Saat ini menjabat sebagai Ketua Pusat Studi
Islam dan pernah dinobatkan oleh harian Kompas sebagai Cendekiawan Berdedikasi.
Salah satu isi materi yang
disampaikan adalah tentang energy primordial yang menyatakan bahwa manusia
adalah mahluk spiritual yang sekaligus mahluk material, manusia adalah mahluk
individu yang sekaligus adalah mahluk social, dan manusia adalah mahluk yang
universial yang sekaligus juga adalah mahluk particular.
Negara Indonesia ini dibangun
berdasarkan kesamaan: sejarah, geo-politik, budaya, dan tujuan. Beliau
menambahkan bahwa Indonesia pada awalnya mewarisi konsep negara continental dari
Belanda dimana teritori laut kita yang diakui hanya sejauh 12 mil laut. Hal ini
menyebabkan adanya wilayah laut internasional diantara pulau-pulau Indonesia.
Setelah melaui perjuangan panjang, ahirnya pada tahun 1982 dunia internasional
mengakui konsep batas negara maritime berupa zona ekonomi eksklusif sejauh 200
mil dari garis pantai.
Beliau juga menegaskan bahwa
Pancasila memiliki konsep jalan keseimbangan (inklusi social) dalam menyikapi
keberagaman yang ada di Indonesia. Seperti ras yang ada di Indonesia adalah:
melanosoid, mongoloid dan Caucasoid. Bahasa dalam rumpun papua, austronesia,
dan juga melayu polinesia. Indonesia itu sangat berbeda dengan Eropa yang tidak
memiliki budaya perbedaan, dimana komunitas dalam satu negara itu sangat
homogen.
Para pendiri negara kita ini
sudah memiliki visi dan misi kebangsaan yang dituangkan dalam Pembukaan UUD
1945. Visinya berada di alinea kedua: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Sedangkan misinya berada di alinea keempat yang terdiri dari: melindung
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, kesejahteraan umu, mencerdaskan
kehiduapan bangsa serta menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.
Sesi ini pun berakhir dengan
istirahat dan makan siang. Sesi berikutnya adalah pemberian materi oleh Prof.
Dr. Ir. Asep Saefuddin M.Sc. dengan topik Kreatif Interpreneurship. Beliau
adalah lulusan IPB pada bidang Statistika di bawah bimbingan Prof. Dr. Andi H.
Nasution. Beliau mendapatkan gelar S2 dan S3 nya dari Universitas Guelph,
Prancis. Saat ini beliau adalah salah satu guru besar di IPB dan menjadi rector
di Universitas Trilogy sejak 2013.
Beliau berpesan bahwa “Dimanapun
anda mendapat amanah, maka jadilah pembawa amanah yang terbaik”. Untuk para
peneliti, kemampuan menulis itu wajib dimiliki baik untuk popular science
maupun research journal. Selain itu, beliau juga banyak bercerita tentang
pengalamannya dalam membesarkan Universitas Trilogy yang dipimpinnya dalam
membangun Technopreneurship dikalangan mahasiswanya.
Setelah acara cofeebreak sore,
sesi selanjutnya adalah materi dengan topik “Pengantar Anti Korupsi” yang
dibawakan oleh salah satu staff dari bagian Inspektorat Kementrian Keuangan.
Kami yakin materi ini bertujuan untuk mengingatkan para awardee LPDP untuk
menjauhi perilaku korupsi yang sangat merusak kehidupan bangsa dan negara kita.
Beliau memberikan definisi
korupsi sebagai perbuatan melanggar hokum untuk memperkaya diri sendiri/orang
lain dan menghasilkan kerugian keuangan negara. Banyak hal bisa menjadi
penyebab korupsi yang diantaranya adalah: pembenaran (rasionalisasi), kebutuhan
(pressure) dan kesempatan (opportunity). Cara pencegahan yang efektif dari
pengalaman negara lain adalah dengan cara: naming (diumumkan), faming (menjadi
terkenal karena kejelekannya) dah shaming (merasa malu).
Sebenarnya kita bisa melihat
indikasi korupsi dari seseorang melalui: gaya hidup yang diatas rata-rata,
cenderung tidak taat aturan, problem dalam keluarga/tempat kerja, dan moral
yang rendah. Pada akhirnya beliau mengingatkan bahwa uang beasiswa LPDP ini
berasal dari uang pajak yang disetor rakyat Indonesia. Jadi kami harus ingat
bagaimana membalasnya dengan menghindari perilaku korupsi dan mengabdi sepenuh
hati untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sesi materi malam untuk hari
ketiga dimulai pada jam 7 malam dengan pembicara Prof. Hikmahanto Juwana, S.H.,
LLM., PhD dengan judul materi “Pembentukan SDM yang berintegritas untuk
Indonesia yang lebih baik”. Beliau lahir pada tanggal 23 November 1965 di
Madura. Beliau mendapatkan gelar S1 dari Fakultas Hukum UI, kemudian melanjutkan
S2 di Jepang dan lulus tahun 1992. Beliau meraih gelar doctor nya dari
University of Notthingham, UK. Beliau menjadi professor termuda di UI pada usia
35 tahun dan sempat menjadi dekan FH UI.
Beliau mengemukakan bahwa tugas
menjadi birokrat seperti Dekan itu adalah sebuah musibah. Hal ini karena banyak
menyita waktu untuk urusan administrasi yang tidak berkaitan dengan tugas pokok
dosen. Beliau menekankan bahwa achievement yang sebenarnya bagi seorang dosen
adalah menjadi professor. Hal ini bisa diraih dengan salah satunya adalah
sering membuat tulisan baik itu bersifat umum untuk public maupun paper ilmiah.
Beliau mengingatkan bahwa menulis
untuk public lebih sulit dari membuat karya ilmiah, dikarenakan harus bida
dipahami oleh semua lapisan masyarakat dan harus berisi topik up to date yang
sedang hangat di masyarakat. Beliau menegaskan bahwa bagian awal dan akhir dari
sebuah tulisan adalah hal yang paling penting.
Beliau berpesan kepada kami:
“Jadilah teladan untuk
masyarakat”
“Harus istiqomah dengan profesi
kita dan apa yang harus kita capai”
“Harus memiliki tujuan dalam
hidup suapay bisa menginspirasi banyak orang”
Sesi ini menjadi penutup untuk
kegiatan PK di hari ketiga. Setelah sedikit pengumuman dari Ketua PK, kami pun
bisa beristirahat sedikit lebih awal dari biasanya karena tidak ada lagi
kegiatan.
Hari Keempat PK
Seperti biasanya hari keempat
dimulai pada jam 5 pagi dengan kegiatan integrity sport. Sesi ini dimulai
dengan test tertulis seputar ke-LPDP-an dan keanggotaan PK-80. PIC PK mengatakan
bahwa kalau nilai rata-rata kami mencapai diatas 80%, maka tidak akan ada lagi
test tertulis seperti itu. Setelah setengah jam melaksanakan test tertulis,
kami pun turun ke lapangan untuk melakukan integrity sport.
Kegiatan olah raga hari ini adalah
berupa jogging disekitar Wisma Hijau. Saya tidak terlalu hapal rutenya, tetapi
jogging ini atau tepatnya jalan santai ini berlangsung sekitar 1 jam. Cukup
menguras keringat, tetapi menyenangkan karena bisa berkegiatan sambil mengobrol
dengan rekan-rekan awardee yang lain.
Setelah berolah raga dilanjutkan
dengan istirahat untuk makan dan mandi pagi. Sesi materi pertama hari itu
adalah tentang Sumber Gagasan Academic Writing yang dimulai pada jam 7:30 pagi
dengan pemateri Prof. M. Nasikin dari UI. Dress code hari itu adalah batik
lengan panjang, celana panjang kain hitam, dan sepatu pentofel.
Kemeriahan PK-80 khususnya kelompok Awignya |
Prof. M. Nasikin lahir di Jawa
Timur dan mulai berkuliah di ITS pada tahun 1985. Pada tahun 1991 beliau
melanjutkan ke Tokyo University of Technology untuk meraih S2 dan S3. Setelah
itu beliau menjadi dosen pengajar di Fakultas Teknik UI untuk jurusan Teknik
Kimia. Pada tahun 2007 beliau mendapatkan penghargaan Satya Lencana 20 tahun
sebagai peneliti terbaik dan meraih Habibie Award pada tahun 2013.
Pertama beliau menjelaskan
tentang perbedaan antara skripsi, thesis, dan disertasi. Kalau skripsi biasanya
untuk menganalisa fenomena dengan teory (what), sedangkan thesis biasanya untuk
menganalisa teori (how). Kalau disertasi memiliki ciri menemukan suatu kebaruan
(why) atau dengan kata lain berupa novelty.
Tahapan dalam pembuatan academic
writing adalah sebagai berikut:
-
Mengenali symptom yang berupa gejala pertanda
adanya masalah
-
Rumusan akar masalah
-
Rumusan penyelesaian masalah yang didukung
dengan matrix state of the art tentang perkembangan terbaru dalam bidang
keilmuan tersebut
-
Hipotesis
-
Hipotesis yang dapat dibuktikan
Persyaratan dalam membuat sebuah
karya ilmiah adalah harus: sistematis, ilmiah, logis, benar dan bertanggung
jawab. Jika sebuah karya ilmiah ingin dipublikasikan di Jurnal ilmiah maka di
dalamnya harus mengandung unsur novelty (kebaruan). Dalam proses penyusuna
disertasi untuk S3 harus menggunakan data primer (data yang dihasilkan oleh
sendiri) dan tidak ada statement spekulatif.
Beliau menyarankan bahwa dalam
melakukan penelitian kita harus berorientasi juga terhadap kegiatan ekonominya.
Gunakanlah metod “Start from the End”. Hal ini dicontohkan dengan beberapa
paten yang beliau miliki bisa diterapkan dalam industry yang menghasilkan
produk yang bisa digunakan oleh masyarakat.
Beliau menganalisa kenapa negara
kita tidak berdaulat. Hal ini disebabkan oleh:
-
Tidak punya teknologi
-
Orientasi tidak diarahkan untuk menyelesaikan
masalah bangsa
-
Periset terjebak di sasaran yang terlalu sempit.
Apakah cara yang bisa dilakukan
untuk menangani masalah tersebut:
-
Kepemilikan hak paten yang mensyaratkan: baru,
inventif dan ekonomis
-
Pakai pola pikir revolusi industry dengan
menyelesaikan masalah bangsa yang ada di depan mata terlebih dahulu.
Sesi materi selanjutnya dilaksanakan
setelah istirahat makan siang pada jam 1 siang dengan pembicara dari LPDP
dengan materi “Mekanisme Pencairan Beasiswa”. Pada sesi ini dijelaskan dengan
detail tentang peraturan, persyaratan dan ketentuan-ketentuan selama awardee
mendapatkan beasiswa dari LPDP.
Dimulai dengan penjelasan tentang
pelanggaran-pelanggaran yang tidak boleh dilakukan dan sanksinya. Jenis
sanksinya meliputi: penghentian beasiswa sementara, penghentian beasiswa secara
permanen, penghentian dengan pengembalian beasiswa, dan yang terberat
penghentian, pengembalian, dan denda 100% dari beasiswa yang diberikan. Detail
tentang jenis pelanggarannya bisa dilihat di kontrak beasiswa yang diberikan
saat PK berlangsung.
Dijelaskan pula tentang semua
komponen beasiswa yang menjadi hak setiap awardee LPDP berikut cara pencairan
dan dokumen yang dipersyaratkannya. Semua pengajuan pembayaran dilakukan
melalui website SIMONEV. Sebelum berangkat setiap awardee akan diberikan
tabungan BRI atau BNI Syariah sebagai rekening untuk pembayaran beasiswa
sebelum berangkat. Tetapi nanti setelah sampai di negara tujuan bisa dirubah ke
rekening bank dari luar negeri untuk mempermudah penarikan dana.
Untuk permasalahan tiket
keberangkatan dan kepulangan nanti, ketentuannya harus dalam jangka waktu 20
hari sebelum mulai masa studi dan 1 bulan setelah selesai masa studi. Kemudian
diberikan kesempatan kepada semua awardee untuk bertanya, tetapi teknisnya diwakili
oleh perwakilan kelompok setelah terlebih dahulu menampung semua pertanyaan
dari kelompoknya.
Sesi ini pun berakhir sampai
menjelang magrib yang dilanjutkan dengan istirahat dan makan malam. Sesi
selanjutnya malam itu adalah “by you for you” yang dimulai jam 7 malam. Acara
ini dikelola sendiri oleh panitia dari PK-80. Acaranya berisi: tukar cindera
mata, stand-up comedi, dan battle of creativity.
Sebelum PK dimulai setiap awardee
diminta untuk menyiapkan sebuah cindera mata yang dibungkus kertas koran atau
kertas lain warna coklat. Setelah dikumpulkan, panitia memberikan label nomor
kepada setiap bungkusan cindera mata. Pada malam itu, setiap awardee diminta
maju ke depan untuk mengambil nomor. Sesuai dengan nomor ini, maka awardee
mendapatkan cindera mata dari awardee lain. Saya kebagian mendapatkan souvenir
wayang golek, terima kasih teman-teman. Untuk stand-up komedi, setiap kelompok
harus mengirimkan perwakilannya satu orang. Maklum masih amatiran, komedinya
terasa garing tetapi dinikmati saja.
Pada acara battle of creativity,
kelompok saya Awignya merubah konsep yang tadinya mau berjoget maumere menjadi
atraksi ondel-ondel. Ondel-ondelnya dibuat dari orang dengan memakai jaket di
perut dan sarung yang diangkat untuk menutupi kepala. Tangan jaket dikasih tali
supaya bisa diangkat meniru tangan manusia. Sedangkan bagian sarung dikasih
bulatan putih sebagai mata lengkap dengan hidung dan mulutnya. Berkat
kreatifitas kami ini, kelompok Awignya memenangkan battle of creativity dan
mendapatkan hadiah sekotak bengbeng.
Acaranya menarik sebagai hiburan
di malam terakhir kegiatan PK. Saat itu dibagikan juga kaos polo warna biru
muda dari LPDP dan foto-foto bersama dengan pemateri tokoh nasional. Kegiatan
ini berlangsung sampai dengan tengah malam. Pada ahir acara diberikan briefing
untuk kegiatan keesokan harinya yaitu acara closing PK-80.
Hari Kelima (terakhir) PK
Kegiatan hari terakhir PK kami
dimulai dengan acara integrity sport yang seperti biasa pada jam 5 pagi. Hari
itu sudah tidak ada test tertulis lagi tentang hal-hal menyangkut LPDP dan
angkatan. Kami melakukan senam ringan selama setengah jam, setelah itu
dilanjutkan dengan pesiapan tempat dan peralatan untuk acara closing. Saya
bersama rekan lain mempersiapkan dekorasi rumbai-rumbai diatas jalan masuk ke
wisma hijau dengan menggunakan kertas kref yang berwarna warni. Kegiatan ini
kami lakukan sampai sekitar jam 7. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan
sarapan pagi.
Kegiatan closing PK-80 dimulai
sekitar jam 8 pagi dengan beberapa spot kegiatan yang menyelenggarakan
acara-acara berbeda diantaranya: pemeriksaan telinga, konsultasi gizi,
konsultasi kesehatan dan psikologi, lomba menggambar, pelatihan IELTS, public
speaking, dan panggung hiburan. Dalam acara panggung hiburan ditampilkan
beberapa persembahan: tarian dari peserta PK-80, angklung dari anak-anak SD,
dram dari peserta PK-80, dan beberapa lagu yang dibawakan oleh bank PK-80.
Saat itu juga
dibagikan buku tabungan BRI untuk semua awardee LPDP yang akan digunakan
sebagai rekening tempat menampung transferan beasiswa LPDP. Sebelum jumatan,
acara closing ini ditutup dengan pelepasan balon gas ke udara yang disertai
dengan kertas bertuliskan harapan dari masing-masing awardee LPDP. Setelah
pelepasan balon itu, kami menyanyikan sekali lagi lagu angkatan Pranawa Cita
yang dilanjutkan dengan bersalaman.
Berbagai kegiatan dalam rangkaian acara Closing PK-80 |
Setelah jumatan LPDP masih
menyediakan untuk kami makan siang. Bagi yang ingin langsung pulang, bisa
langsung meninggalkan lokasi PK setelah acara makan siang itu. Tetapi
sebenarnya masih ada satu acara lagi yaitu pelatihan public speaking dengan
peserta dari beberapa orang guru sekolah di sekitar Wisma Hijau dan juga
beberapa awardee LPDP yang masih bertahan. Acara ini dipimpin oleh nara sumber
seorang presenter televisi swasta nasional yang cukup terkenal.
Beliau menekankan adanya dua hal
penting dalam public speaking yaitu content (isi) dan delivery (cara
penyampaian). Dalam kegiatan ini lebih menekankan kepada delivery yang fokusnya
di bagian: artikulasi, intonasi, speed, stressing dan jeda. Sedangkan untuk
content sendiri harus memperhatikan: what, who, when, where, why, and how.
Setelah kegiatan ini, maka
berakhirlah seluruh kegiatan PK-80. Satu persatu awardee beasiswa LPDP
meninggalkan Wisma Hijau untuk kembali ke daerahnya masing-masing.
Pasca PK
Bagi saya dan mungkin juga
beberapa awardee LPDP yang lain ada phenomena menarik dalam kegiatan PK ini.
Pada saat sebelum PK, saya merasa PK ini adalah kegiatan yang agak menakutkan
dan tidak menarik. Saya menjalaninya hanya sekedar menggugurkan kewajiban
sebagian bagian dari proses beasiswa LPDP. Saat kegiatan bermain futsal sebelum
kegiatan PK diantara peserta PK-80 ada yang mengatakan, kenapa ada peserta PK
yang sudah lalu tapi masih datang ke acara futsal ini. Ternyata kami temukan
jawabannya setelah kegiatan PK ini berakhir.
Begitu meninggalkan Wisma Hijau,
ada perasaan bahwa sesuatu telah hilang dari diri kita. Yang dalam 5 hari
kemarin kami selalu bersama, tiba-tiba kembali menjadi sendiri. Lagu mars LPDP
dan lagu angkatan masih selalu terngiang-ngiang di telinga, padahal seminggu
yang lalu begitu susahnya untuk dihapal. Benarlah perkataan PIC PK, bahwa dosa
kegiatan PK adalah memisahkan orang yang sudah dipertemukan.
Saya memantau
postingan di group telegram Pranawa Cita dan juga kelompok begitu ramai dengan
kiriman foto dan video selama PK. Beberapa orang bahkan mengakui mendownload
lagu-lagu yang selalu diputar selama PK berlangsung baik itu calling class
maupun saat pembicara naik panggung. Tambahan lagi bahwa ada beberapa awardee
yang mengadakan kopdar hanya beberapa hari setelah selesai PK. Bisa dipastikan
bahwa hampir sebagian besar peserta PK-80 mengakui bahwa mereka gagal move on.
Smiley dari icon PK-80 |
Dengan phenomena tersebut,
dipastikan bahwa kegiatan PK-80 berhasil dilaksanakan sesuai dengan visi dan
misi yang diemban oleh PIC PK yaitu sebagai arena perkenalan anatar awardee
LPDP, antara awardee LPDP dengan pengurus LPDP, dan juga antara awardee LPDP
dengan para tokoh nasional. Diharapkan dengan phenomena susah move on ini, rasa
persaudaraan antar awardee LPDP ini bisa terjaga dengan baik dan pada akhirnya
bisa menghasilkan sinergi dalam membangun Indonesia.
Akhirnya saya berharap tulisan ini bisa memberikan gambaran bagi para awardee yang belum melaksanakan PK supaya bisa melaksanakan
PK tersebut dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan kenangan yang tak terlupakan.
LPDP… Jaya!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)